Rabu 01 Dec 2021 14:55 WIB

AS Akui Terlibat Perlombaan Senjata Hipersonik dengan China

AS dan China berlomba mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan

Rep: Rizky Jaramaya/Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
AS dan China berlomba mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan. Ilustrasi.
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
AS dan China berlomba mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan China berlomba untuk mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan. Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall pada Selasa (30/11) mengatakan Beijing dan Washington membangun serta melakukan uji coba terhadap sejumlah senjata generasi berikutnya yang berkecepatan tinggi.

“Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas. Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. China telah melakukannya dengan sangat agresif," ujar Kendall.

Baca Juga

Tahun ini Pentagon telah mengadakan beberapa uji coba senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam. Pada Oktober, Angkatan Laut berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur, yang membawa senjata hipersonik ke atas. Senjata hipersonik bergerak di atmosfer dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 kilometer per jam.

Kendall mencatat anggaran militer AS lebih banyak difokuskan pada Irak dan Afghanistan. Namun mereka tidak mengalihkan perhatiannya dalam hal senjata hipersonik. “Ini tidak berarti kami tidak melakukan apa-apa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak,” kata Kendall.

Ketika Pentagon memasuki siklus anggaran tahunan 2023, Kendall berharap bisa menghimpun dana dengan “memesiunkan” sistem lama dengan perawatan mahal, kemudian diganti sistem baru, termasuk program pengembangan hipersonik. Kontraktor pertahanan juga berharap dapat memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik dengan mengembangkan mekanisme deteksi baru. Kendall mengatakan saat ini beberapa alat pertahanan militer AS masih memiliki kemampuan yang mumpuni.

“Saya suka A-10. C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 sangat efektif untuk kontraterorisme dan sebagainya. Mereka masih berguna, tetapi tidak satu pun dari hal-hal ini yang menakut-nakuti China,” ujar Kendall, merujuk pada pesawat tempur berusia lebih dari 40 tahun, pesawat untuk membawa kargo, dan drone yang banyak digunakan.

Produsen alat pertahanan seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman Corp, dan Raytheon Technologies Corp, mengapresiasi program senjata hipersonik. Mereka telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor. Sebab menurut mereka, fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul.

Namun, Pentagon ingin kontraktor pertahanan memangkas biaya akhir senjata hipersonik. Karena senjata rudal super cepat yang sedang dikembangkan saat ini menelan biaya puluhan juta per unit.  

Pada Oktober, perwira tinggi militer AS, Mark Milley, mengonfirmasi uji coba senjata hipersonik China. Menurut para ahli militer, senjata tersebut mempunyai sistem untuk mengorbit Bumi dan dirancang untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement