Rabu 01 Dec 2021 15:04 WIB

Praktisi: Jangan Labeling Anak 'Generasi Rebahan'

Era digital yang semakin masif perlu dibarengi dengan penguatan karakter pada anak. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Praktisi Neuro Parenting Skill, Aisah Dahlan, mengatakan, era digital akan memunculkan hal positif dan negatif pada anak, sehingga secara tidak langsung memberikan perubahan pada kehidupan anak.
Foto: Istimewa
Praktisi Neuro Parenting Skill, Aisah Dahlan, mengatakan, era digital akan memunculkan hal positif dan negatif pada anak, sehingga secara tidak langsung memberikan perubahan pada kehidupan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --Perkembangan teknologi semakin canggih. Kecanggihan ini, memudahkan aktivitas masyarakat. Sebab, hampir di setiap lini beralih ke digital atau digitalisasi.

Era digital pun, dapat dirasakan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Apalagi, saat ini kondisinya masih dalam keadaan pandemi, digitalisasi pun semakin gencar di setiap sektor, mulai dari sekolah hingga pekerjaan. 

Menurut Praktisi Neuro Parenting Skill, Aisah Dahlan, era digital yang semakin masif perlu dibarengi dengan penguatan karakter pada anak. Karena, era digital tentu akan memunculkan hal positif dan negatifnya pada anak. Sehingga, secara tidak langsung memberikan perubahan pada kehidupan anak.

Oleh karena itu, Aisah menyarankan, agar orang tua selalu hadir untuk anak karena era digital sudah dapat dikenal dan dimanfaatkan sejak dini. "(Orang tua) perlu memberi masukan-masukan atau pegangan-pegangan positif pada anak, seperti bimbingan dan prinsip-prinsip kehidupan," ujar Aisah, Rabu (1/12).

Selain itu, menurut Aisah, sebaiknya orang tua tidak memberikan label kepada anak tentang hal-hal buruk seperti 'generasi rebahan'. Namun, instrumen paling penting yang bisa diajarkan kepada anak adalah dengan mengaji dan mengkaji Al Quran, diceritakan mengenai kisah-kisah Nabi, cerita nyata mengenai kehidupan seseorang, dan lain-lain. Seluruh saran dan pelajaran itu disampaikan oleh Aisah Dahlan dalam Webinar Nasional Rubi Group (Rubi Tour dan Kaffan.id) bersama Yayasan Salman Al Farisi Bandung.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari Kaffan.id, Fajar mengatakan, kehidupan di dunia hanyalah sementara dan manusia tidak akan tahu kapan ajal menimpanya. Untuk itu, kata dia, selain memberikan pelajaran yang positif bagi anak, perlu juga membekali diri untuk menghadapi hari Kiamat kelak.

Persiapan tersebut, kata dia, bisa dimulai dari memperbaiki diri sendiri dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, selalu mengingat kematian sehingga terus beramal sholeh. Fajar mengatakan, kematian adalah hal misterius. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Ketika seseorang meninggal dunia, maka dia mesti dikuburkan secara layak dan membutuhkan sejumlah perlengkapan untuk dimakamkan, seperti kain kafan.

"Kaffan.id ini adalah satu perangkat perlengkapan kematian lengkap mulai dari kain kafan, bendera kuning, serbuk, tidar pandannya, ini praktis. Kalau dilihat dari kemasannya sendiri, tidak akan menyeramkan bahkan elegan tapi tetap mengingatkan kepada kita bahwa kematian itu sangatlah dekat," paparnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement