Rabu 01 Dec 2021 17:13 WIB

Militer Israel Siapkan Skenario Serang Iran

Militer Israel persiapkan semua kemungkinan skenario untuk menyerang Iran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Militer Israel persiapkan semua kemungkinan skenario untuk menyerang Iran. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Militer Israel persiapkan semua kemungkinan skenario untuk menyerang Iran. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Militer Israel mengatakan mereka sedang mempersiapkan semua kemungkinan skenario untuk menyerang Iran. Hal itu disampaikan saat Iran sedang melanjutkan pembicaraan pemulihan kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat (AS).

“Saya tidak akan membahas detail kebijakan, tapi seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kami sedang mempersiapkan semua kemungkinan (untuk menyerang Iran),” kata juru bicara militer Israel Brigadir Jenderal Ran Kochav pada Selasa (30/11) dikutip laman Middle East Monitor.

Baca Juga

Menurut Kochav, militer Israel sudah meningkatkan level kesiapannya. Bidang militer dan operasional sudah berada di garis depan guna mencegah Iran mempersiapkan atau membangun dirinya di arena utara. “Ketika saya mengatakan bahwa kami mempercepat rencana kami melawan Iran, maksud saya persis seperti itu,” ujarnya.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Yair Lapid meminta para pemimpin dunia untuk mempertahankan tekanan terhadap Iran dan tak mencabut sanksi terhadapnya. Menurut dia, partisipasi Iran dalam pembicaraan pemulihan kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di Wina, Austria, dilandasi keinginan Teheran memperoleh akses ke uang.

“Ini yang mereka lakukan di masa lalu dan ini yang akan mereka lakukan kali ini juga. Intelijennya jelas, tak ada keraguan,” kata Lapid dalam konferensi pers bersama Menlu Inggris Liz Truss di London pada Senin (29/11).

Dia pun memperingatkan konsekuensi yang bisa muncul jika Iran melanjutkan pengembangan nuklirnya. “Sebuah nuklir Iran akan mendorong seluruh Timur Tengah ke dalam perlombaan senjata nuklir. Kita akan menemukan diri kita dalam Perang Dingin baru. Namun kali ini bom akan berada di tangan fanatik agama yang terlibat dalam terorisme sebagai cara hidup,” ujar Lapid.

“Dunia harus mencegah hal tersebut dan ini dapat mencegahnya: sanksi lebih ketat, pengawasan lebih ketat, dan melakukan pembicaraan apa pun dari posisi yang kuat,” kata Lapid menambahkan.

Setelah terhenti selama lima bulan, AS dan Iran akhirnya akan melanjutkan negosiasi pemulihan JCPOA di Wina pada Senin (29/11). Seperti enam putaran pembicaraan sebelumnya yang dimulai sejak April, AS berpartisipasi secara tidak langsung. Iran akan mengadakan pembicaraan langsung dengan sisa penandatangan JCPOA yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, penghapusan sanksi AS dalam pembicaraan pemulihan JCPOA sangat penting bagi negaranya. “Yang penting bagi kami adalah bagaimana mencapai kesepakatan yang baik di Wina. Dari titik mana pembicaraan akan dimulai di Wina, kurang penting,” kata Khatibzadeh dalam sebuah konferensi pers pada 15 November lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement