UMM-Moodco Buka Kelas Profesional Kakao
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
UMM-Moodco Buka Kelas Profesional Kakao. Kampus UMM. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggaet PT Kakao Bhineka Sejahtera (Moodco) untuk membuka kelas profesional kakao di Prodi Ilmu Teknologi Pangan. Kerja sama tersebut tertuang dalam agenda memorandum of agreement (MoA) antara kedua belah pihak pada Rabu (1/12).
Rektor UMM, Fauzan mengungkapkan, masing-masing prodi di UMM memang diharuskan membuka kelas profesional dengan berkolaborasi bersama dunia industri. Pemilihan sebutan ‘sekolah’ dibandingkan ‘konsentrasi’ juga memiliki alasaan khusus. Jika menggunakan sebutan konsentrasi, hanya akan ada mahasiswa ITP UMM di dalamnya.
"Berbeda jika kita menggunakan sebutan sekolah. Mahasiswa selain dari prodi ITP bisa turut serta. Begitupun dengan mahasiswa di luar Kampus Putih UMM,” jelasnya dalam pesan pers yang diterima Republika, Rabu (1/12).
Fauzan mengapresiasi usaha FPP yang telah membangun ekosistem yang berorientasi pada kewirausahaan. Sebelumnya, FPP UMM juga sudah mendirikan beberapa Centre of Excellence (CoE). Beberapa di antaranya seperti sekolah unggas, ruminansia, hingga sekolah udang. Kelas-kelas ini adalah fasilitas pendidikan yang juga sarana untuk menanamkan kompetensi kewirausahaan yang akan dimiliki para mahasiswa.
Fauzan menargetkan setiap prodi sudah memiliki CoE di berbagai bidang pada 2022. Tidak hanya satu tiap prodi, tapi bisa lebih dari itu sehingga akan banyak opsi kelas profesional yang bisa diikuti. "Baik oleh teman-teman mahasiswa UMM maupun mahasiswa lain,” kata Fauzan.
Sementara itu, Dosen Teknologi Pangan UMM, Hanif Alamudin menjelaskan, akan ada beberapa kegiatan besar yang dilangsungkan. Pertama, kelas profesional kakao yang bisa diikuti oleh para mahasiswa. Kedua, mahasiswa juga bisa melakukan riset bersama dosen, khususnya dalam pengembangan kakau dan produk turunannya.
Hanif berharap riset ini bisa memberikan manfaat dengan menciptakan inovasi produk. Kemudian juga hilirisasi penelitian terkait kakao serta rencana untuk membentuk sentra kakao di masa depan.
Pemilihan CoE kakao juga bukan tanpa alasan. Menurut Hanif, Indonesia termasuk penghasil coklat biji kakao nomor enam se-dunia. Sementara itu, untuk produk kakao dan turunannya, Indonesia menempati posisi ketiga.
Melihat aspek tersebut, maka pengembangan kakao dinilai memiliki potensi yang sangat bagus. Namun saat ini kakao produksi nusantara tidak bisa bersaing dengan kakao-kakao lain di level internasional. Oleh karena itu, prodi membaca adanya peluang bagi saudara-saudara mahasiswa untuk berpartisipasi memajukan industri kakao.
"Salah satu caranya dengan menyelenggarakan keals profesional yang dimulai sejak hari ini,” jelasnya.