Kamis 02 Dec 2021 04:53 WIB

Selain Omicron, Waspadai Juga Potensi KLB pada Masa Pandemi

Covid-19 varian Omicron 1,3 kali lebih cepat menular daripada varian Delta.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus raharjo
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
Foto: DOk BNPB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan ada empat hal yang menjadi perhatian bila ada varian baru dari Covid-19. Yaitu transmisi atau tingkat penularannya, virulensi atau tingkat keparahannya, efektivitas tata Laksana atau respon pengobatan, serta proteksi vaksin.

“Omicron diduga memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi serta kemampuan untuk menghindar dari kekebalan tubuh kita," kata Nadia dalam siaran pers PPKM dikutip Kamis (2/12)

Baca Juga

Namun, lanjut Nadia, tidak ada bukti dalam peningkatan keparahan, terutama pada individu yang telah divaksin. Selain itu, deteksi virus melalui pemeriksaan laboratorium saat ini masih sangat efektif. Walau demikian, ia mengakui masih banyak yang belum diketahui, dan masih dalam penelitian, sehingga setiap data/informasi masih terus berkembang.

Nadia menjelaskan, per 30 November 20 negara telah melaporkan pertambahan kasus Omicron dan kemungkinan terus bertambah. Namun ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetap melakukan berbagai upaya seperti disiplin protokol kesehatan serta percepatan cakupan vaksinasi.

Di sisi lain, Nadia mengingatkan potensi adanya KLB atau kejadian luar biasa di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini dikarena cakupan imunisasi rutin yang mengalami penurunan. “Seperti yang pernah disampaikan oleh Bapak Dirjen P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit), bahwa cakupan imunisasi rutin kita mengalami penurunan, terutama sejak terjadinya pandemi Covid-19. Sehingga anak-anak menjadi rentan untuk menderita penyakit yang harusnya bisa dicegah dengan imunisasi,” kata Nadia.

Saat ini per data Oktober 2021, baru 31,5 persen dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia yang telah mencapai target imunisasi dasar lengkap, dan beberapa wilayah sudah melaporkan kejadian baik sifatnya sporadik ataupun sudah masuk kategori KLB. Nadia meminta masyarakat segera hubungi Puskesmas setempat jika menemukan anak dengan lumpuh layuh akut, demam disertai bintik-bintik merah atau nyeri tenggorokan, untuk mendapatkan penanganan segera.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement