REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Meskipun ubur-ubur tidak memiliki otak, para ilmuwan telah menemukan cara untuk membaca pikiran mereka. Ilmuwan menggunakan spesies Clytia hemisphaeric untuk diteliti.
Karena spesies ubur-ubur ini sangat kecil (diameternya hanya sekitar satu sentimeter), seluruh sistem sarafnya dapat dengan mudah masuk ke bawah mikroskop. Genomnya juga cukup sederhana dan tubuhnya yang transparan hanya berisi sekitar 10.000 neuron, yang membuatnya lebih mudah untuk melacak pesan saraf.
Dilansir dari Sciencealert, Kamis (2/12), ketika para peneliti memodifikasi ubur-ubur C. Hemisphaerica secara genetik sehingga neuron mereka bersinar ketika diaktifkan, mereka menemukan tingkat organisasi saraf terstruktur yang tidak terduga. Sistem saraf ubur-ubur berkembang lebih dari 500 juta tahun yang lalu dan telah berubah sangat sedikit sejak itu. Dibandingkan dengan otak hewan saat ini, neuron dalam ‘fosil hidup’ ini disusun dengan cara yang jauh lebih sederhana.
Tidak ada sistem terpusat yang mengoordinasikan semua gerakan makhluk itu. Jadi bagaimana cara menyelesaikannya? Penelitian baru menunjukkan neuron C. Hemisphaerica diletakkan dalam jaringan seperti payung, yang secara dekat mencerminkan tubuhnya. Neuron ini kemudian dibagi lagi menjadi irisan, hampir seperti kue.
Setiap tentakel di tepi lonceng ubur-ubur terhubung ke salah satu irisan ini. Jadi, ketika lengan ubur-ubur mendeteksi dan menangkap mangsa, seperti udang air asin, neuron dalam potongan yang satu ini diaktifkan dalam urutan tertentu. Pertama, neuron di tepi potongan kue mengirim pesan ke neuron di tengah, tempat mulut ubur-ubur berada.
Hal ini menyebabkan tepi irisan pai membelok ke dalam menuju mulut, membawa tentakel bersamanya. Sementara mulut, pada gilirannya, ‘menunjuk’ ke arah makanan yang masuk. Dalam satu menit setelah diperkenalkan ke udang air asin, penulis menemukan 96 persen ubur-ubur mencoba ‘transfer makanan’ ini dan 88 persen berhasil. Hampir semua udang air asin akhirnya dimakan oleh makhluk yang menggunakan perilaku makan ini.