REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan industri sawit berkontribusi secara nyata terhadap pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi. Indonesia juga mampu menjadi negara produsen sawit terbesar di dunia.
Selama pandemi berlangsung sejak tahun lalu, industri sawit mampu berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat dan negara sehingga perekonomian Indonesia kini masih menunjukkan perkembangan positif.
Selain menghasilkan devisa signifikan industri sawit juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. “Bahkan, sektor ini mampu mempertahankan 16,2 juta tenaga kerja yang tergantung didalamnya ditengah pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun,” kata Airlangga dalam Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, dikutip Republika.co.id, Kamis (2/12).
Ia menyampaikan pemerintah memiliki visi agar industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terkemuka dengan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya. Dengan luasan lahan 10 persen dari total lahan global untuk minyak nabati, ia memperkirakan Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai sebagian pangsa pasar minyak sawit dunia.
Dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti biji bunga matahari, sawit lebih kompetitif. Selain luasannya lahannya tidak sebesar perkebunan biji bunga Matahari, produktivitas yang dihasilkan perkebunan sawit di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya.
“Industri sawit juga punya kontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6 persen dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi,” kata Airlangga.
Hingga kini, luasan tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2019 teridentifikasi sebesar 16,38 juta hektar dengan rincian, perkebunan sawit rakyat sebesar 41 persen, perkebunan besar negara sebesar 6 persen, dan perkebunan besar swasta nasional sebesar 53 persen.
Airlangga juga menegaskan program peremajaan sawit rakyat (PSR) menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan sumber daya manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Ketua umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono meyakini tahun depan, industri sawit akan terus memberikan kontribusi besar bagi terutama dalam pemulihan ekonomi berkelanjutan.
“Kami yakin di tahun mendatang, industri kelala sawit akan tetap menjadi kontributor besar bagi neraca perdagangan Indonesia” Tegas Joko.
Menurut Joko, permintaan kelapa sawit akan terus meningkat, terutama pada saat krisis energi di sejumlah negara diantaranya China dan Inggris.
“Terjadinya krisis energi di beberapa negara saat ini, membuka peluang bagu energi tetbarukan seperti berbasis kelapa sawit seperti biodiesel akan menjadi solusi sekaligus alternatif yang berkelanjutan," kata dia.