PPKM Nataru, Asita Jateng Perkirakan Dampak tak Signifikan
Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
PPKM Nataru, Asita Jateng Perkirakan Dampak tak Signifikan (ilustrasi). | Foto: Antara/Noveradika
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Pemerintah bakal menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 pada periode Natal 2021 dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jawa Tengah menilai kebijakan tersebut tidak berdampak signifikan bagi pelaku usaha pariwisata.
Wakil Ketua Asita Jateng, Daryono, mengatakan, Asita Jateng mendukung kebijakan pemerintah pada periode Nataru nanti. Dia menilai, para pelaku usaha sektor pariwisata memanfaatkan momen sebelum pelaksanann PPKM level 3.
"Sektor MICE justru kegiatan sudah banyak di Oktober, November dan pekan pertama Desember. Efeknya ke destinasi. Tapi Nataru tidak seberapa signifikan," kata Daryono kepada wartawan, Kamis (2/12).
Daryono memperkirakan, pelaku usaha pariwisata anggota Asita Jateng yang terdampak kebijakan PPKM level 3 saat Nataru khususnya wisata leisure. Sebab, pelaku usaha wisata leisure biasanya mengadakan perjalanan periwisata akhir tahun.
"Ini agak terpengaruh teman-teman yang biasa menjual paket akhir. Liburan akhir terjadi ini kan tidak terprediksi sebelumnya. Jadi ada teman-teman yang merasakan ada paket-paket yang Nataru ini harus setop atau tidak ada aktivitas," jelasnya.
Di samping itu, capaian vaksinasi Covid-19 sudah cukup tinggi. Sebagian besar destinasi wisata juga telah menerapkan CHSE (Cleanliness,Health, Safety & Environment Sustainability).
"Saya pikir tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya penegakan protokol kesehatan yang perlu disinkronkan semua sektor," ujarnya.
Daryono mengungkapkan, tren perjalanan wisata saat ini sudah tidak lagi mengambil hari akhir pekan. Hal itu terbukti sejumlah objek wisata tetap ramai saat hari biasa. Mal dan pusat perbelanjaan juga ramai saat hari kerja.
"Asita yang bergerak di bidang wisata domestik agak terpukul. Tapi untuk menyikapi hal itu teman-teman membuat paket-paket yang justru banyak di weekdays. Trennya ke sana. Karena unsur keamanan kenyamanan diutamakan. Faktor harga tidak siginifikan, karena untuk safety orang berani bayar," paparnya.
Dia menyebutkan, sepanjang 2021 pertumbuhan pariwisata paling banyak di Oktober-November. Bahkan, ada beberapa hotel yang okupansinya lebih dari 95 persen, terutama hotel yang berbasis MICE. "Oktober tinggi semua di semua daerah karena basisnya serapan," ucapnya.
Daryono berharap, setelah periode Nataru aktivitas wisata akan lebih bergeliat. Sehingga pelaku usaha pariwisata bisa beraktivitas kembali seperti sebelumnya dan lebih meningkat lagi.