REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Frederikus Bata
Pemandangan berbeda terlihat di La Liga Spanyol sejauh musim 2021/22 berjalan. Konteksnya tentang persaingan di papan atas.
Jika dibandingkan dengan sejumlah ajang domestik terbaik di Eropa lainnya, La Liga mulai kehilangan suasana kompetitif. Real Madrid seolah berlari sendirian. Usai menundukkan Athletic Bilbao di Santiago Bernabeu, si Putih nyaman di singgasana.
Dengan mengantongi 36 poin, skuad polesan Carlo Ancelotti, unggul tujuh angka atas Atletico Madrid di urutan kedua. Penggemar Los Blancos sedikit bernafas lega. Timnya tak mendapat 'tekanan' berarti.
Ini berbeda dengan situasi di Liga Primer Inggris, Serie A Italia, dan Bundesliga Jerman . Di negeri Ratu Elizabeth, Chelsea, Manchester City, serta Liverpool bertarung ketat sejak dini. Tak ada ruang untuk sebuah kesalahan.
Perbedaan poin sangat tipis antara tiga tim tersebut. The Blues yang berada di posisi puncak, mengoleksi 33 angka. Kemudian City (32), berlanjut ke the Reds (31).
Pemandangan serupa terlihat di negeri pizza. Napoli (36), AC Milan (35), dan Inter Milan (34) tak bisa mengendurkan urat syaraf. Itu belum dihitung Atalanta di urutan keempat yang cuma berselisih lima poin dengan Partenopei di singgasana.
Bahkan di Jerman, Bayern Muenchen mulai ketar-ketir. Muenchen masih berada di puncak tabel klasifika. Dengan mengantongi 31 poin, Die Roten cuma unggul sebiji angka atas Borussia Dortmund di urutan kedua.
Pertanyaannya, mengapa Madrid sebegitu perkasanya di pentas domestik Negeri Matador? Tampaknya El Real sudah kembali ke habitat alami mereka. Sebuah tim dengan mental juara mumpuni.
Statistik menunjukkan si putih belum terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir. Hitungannya dari berbagai ajang. Sebanyak sembilan laga berhasil dimenangkan. Sisanya satu partai berkesudahan imbang.
Selama periode tersebut, Karim Benzema dan rekan-rekan tidak selalu tampil impresif. Mereka susah payah saat meladeni ketangguhan Elche, Rayo Vallecano, Sevilla juga Bilbao. Tapi pada akhirnya, pemilik Santiago Bernabeu tetap berpesta.
"Kami dalam performa yang sangat baik, dan saya sangat senang dengan semua pemain, baik yang turun ke lapangan maupun yang berada di bangku cadangan," kata pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, dikutip dari laman resmi klubnya, Kamis (2/12).
Terdengar sebuah pernyatan diplomatis. Intinya, Don Carlo menikmati rentetan hasil positif mereka. Timnya mulai meninggalkan para pesaing dengan selisih poin signifikan.
Tapi kembali lagi, kunci keberhasilan Madrid sejauh musim ini berjalan adalah konsistensi. Mereka juga menunjukkan karakteristik sebagai tim besar. Salah satunya, tetap bisa menang, meski tidak selalu bermain bagus.
Di level atas sepak bola profesional, perbedaan kualitas antara setiap tim, sangat tipis. Mentalitas yang menjadi pembeda. Sebuah tim besar nyaris selalu bisa menemukan solusi, di tengah kebuntuan.
Demikian yang terjadi di Madrid. "Kami telah kehilangan beberapa poin di sepanjang jalan, tapi secara keseluruhan kami melakukan dengan baik," ujar penjaga gawang Los Blancos, Thibaut Courtois, dikutip dari laman resmi klubnya.
Courtois melihat dalam kaca mata yang lebih besar. Terkadang timnya bisa juga jatuh ke bumi di berbagai momen. Tapi secara natural, si putih merupakan klub yang diharuskan menantang perburuan gelar di semua kompetisi, di setiap musimnya. Madrid pun sedang berjalan di jalur mereka.
Beberapa fakta lain, mendukung kejayaan El Real di ranah domestik edisi terkini. Pertama, Barcelona dalam masa transisi untuk kembali menjadi klub di masa jaya mereka. Berikutnya tim seperti Atletico, kelimpungan menjalani jadwal padat, akhir-akhir ini.
