REPUBLIKA.CO.ID, — Ilmu dan harta benda merupakan perangkap iblis yang mesti diwaspadai setiap Muslim.
Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam ‘Hamba-hamba yang Selamat dari Tipu Daya Musuhnya', mengatakan jika boleh berandai-andai, seandainya dengan ilmu pengetahuan manusia bisa hidup mulia maupun bahagia kok maka orang yang paling mulia dan bahagia tentulah iblis laknatullah. Mengapa demikian?
"Sebab dia telah diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah ﷻ tentang makrifatullah tentang perbendaharaan langit dan bumi," tulis At Turjani.
Ilmu yang didapat iblis itu didapat melalui ibadah-ibadah yang pernah dia lakukan. Atas ketinggian ilmunya ini dia pun mendapat gelar ‘abid (ahli ibadah). "Namun ternyata ilmu yang dimilikinya tidak bermanfaat sama sekali," kata At Turjani.
Karena semua ilmu yang dia miliki hanya berupa pengetahuan anpa diamalkan, dan juga ilmunya tidak diarahkan untuk mengetahui kehendak hendak Allah ﷻ.
Jika saja iblis mempergunakan ilmunya untuk mengetahui kehendak-kehendak Allah, pastilah dia termasuk makhluk yang tawadu dan memahami tentang kehambaan. "Sehingga apapun perintah yang diperintahkan Allah ﷻ pasti dia akan menaatinya, termasuk sujud kepada Adam," katanya.
Akan tetapi ternyata Allah ﷻ berkehendak lain, iblis yang berilmu itu termasuk makhluk takabur dan akhirnya tergolong kafir yang yang membangkang.
Kemudian kalau saja kemuliaan dan kebahagiaan itu Allah letakkan di dalam harta benda, tentu orang yang paling mulia dan bahagia adalah orang yang banyak memiliki harta benda. "Dan orang tersebut pastilah Qarun,” katanya.
Sebab Qarun ketika dia belum menjadi kaya dia adalah termasuk yang berilmu dan dia juga termasuk kerabat dekat Nabi Musa AS. Tatkala dia masih miskin Musa mengajarinya ilmu kimia kepadanya sehingga dia termasuk orang yang menguasai ilmu pengetahuan itu. "Sampai dia mampu membuat formulasi membuat emas dari logam melalui reaksi kimia," katanya.
Dengan kemampuannya itu lah dia, kian hari kian menjadi kaya, bahkan orang paling kaya di kalangan kaum Nabi Musa, ternyata kebahagiaan itu tidak terletak pada harta benda yang banyak, justru apabila Allah mengaruniakan harta kepada seseorang bisa dikatakan marabahaya.