Kamis 02 Dec 2021 21:09 WIB

Universitas BSI Bekali Literasi Security Database

Keterampilan programming harus diimbangi dengan literasi database security.

Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengadakan seminar online bertajuk ‘Learning and Protecting Security Database’.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengadakan seminar online bertajuk ‘Learning and Protecting Security Database’.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program dan database adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan jika seorang programmer akan membangun aplikasi yang baik. Keterampilan seni programming harus diimbangi juga dengan literasi yang tinggi tentang database security.

Pentingnya literasi tentang keamanan data atau informasi inilah yang kemudian membuat program studi (prodi) Sistem Informasi (SI), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengadakan seminar online bertajuk ‘Learning and Protecting Security Database’.

Baca Juga

Kegiatan ini menghadirkan rektor Universitas BSI Dr Mocahmad Wahyudi sebagai welcome speech dan Prof Richardus Eko Indrajit selaku CEO LSP Preinexus sebagai narasumber, Kamis (25/11) lalu. Dalam sambutannya, Wahyudi menyampaikan begitu pentingnya mahasiswa/i di lingkup FTI Universitas BSI untuk mengikuti kegiatan ini yang akan dilanjutkan dengan uji profisiensi sistem basis data.

“Mahasiswa Universita BSI harus dapat melengkapi soft skill selain dari ijazah yang didapati saat lulus nantinya,” tutur Wahyudi, Kamis (25/11).

Lanjutnya, ia mengatakan soft skill yang terkumpul nantinya dapat dimasukkan ke dalam SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah), diantaranya sertifikasi database administrator yang dikeluarkan oleh BNSP ataupun Vendor.

“Universitas BSI akan mendukung mahasiswa/i untuk dapat memenuhi kompetensi diri mulai dari keterlibatan dalam program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) hingga pelaksanaan-pelaksanaan sertifikasi,” ujarnya.

Di sisi lain, Prof Eko dalam kesempatan ini menyampaikan materi tentang ancaman data digital, fenomena data, kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki masyarakat Indonesia dan pengamanan dini untuk mencegah kebocoran data dari hacker dalam bentuk yang sederhana. “Kebocoran data atau informasi pribadi di dunia digital bukan hanya karena di hack oleh hacker melalui proses yang rumit dan kemampuan yang tinggi serta menguasai pemrograman yang dapat membuat malware,” pungkasnya.

Ia pun menambahakan kebocoran data bisa disebabkan akibat kelalaian pribadi ataupun orang lain yang mempublikasi data melalui media sosial, sebagai contoh silahkan ketik kata KTP/SIM/KK di search engine google. “Maka akan banyak sekali dijumpai publikasi data pribadi termasuk data nama ibu yang ada pada KK, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab salah satunya hacker,” katanya.

Sementara itu, kaprodi Sistem Informasi Universitas BSI kampus Pontianak Muhammad Sony Maulana sekaligus moderator pada seminar online ini, menyampaikan bahwa sebagian besar persentase penyebab bocornya data atau informasi pribadi yaitu dari diri sendiri. “Sehingga perlu lebih mawas diri dan memperbanyak literasi tentang keamanan data, sedangkan persentase yang lebih kecil disebabkan oleh malware yang secara tidak sengaja terunduh,” tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement