Jumat 03 Dec 2021 00:30 WIB

Meta: KGB Belarus Kobarkan Krisis Migran Lewat Medsos

Agen KGB itu membuat banyak akun palsu untuk korbankan krisis migran.

Para migran bermalam di pusat logistik di pos pemeriksaan Kuznitsa di perbatasan Belarus-Polandia dekat Grodno, Belarus, pada Kamis, 18 November 2021.
Foto: Leonid Shcheglov/BelTA via AP
Para migran bermalam di pusat logistik di pos pemeriksaan Kuznitsa di perbatasan Belarus-Polandia dekat Grodno, Belarus, pada Kamis, 18 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Perusahaan induk Facebook Meta telah menautkan KGB Belarus dengan pembuatan puluhan akun media sosial palsu dari orang-orang yang menyamar sebagai jurnalis dan aktivis dengan tujuan mengobarkan krisis migran di perbatasan Belarus dan Polandia.Sebuah laporan Meta pada Rabu mengatakan pihaknya telah menghapus 41 akun Facebook, lima Grup Facebook dan empat akun Instagram karena melanggar kebijakannya tentang "perilaku tidak autentik yang terkoordinasi".

Sejumlah profil palsu itu digunakan untuk mengkritik perilaku pihak berwenang Polandia, termasuk menyebarkan tuduhan bahwa penjaga perbatasan Polandia menggunakan kekerasan dan intimidasi terhadap para migran.

Baca Juga

"Orang-orang fiktif ini mengunggah kritik terhadap Polandia dalam bahasa Inggris, Polandia, dan Kurdi, termasuk gambar dan video tentang penjaga perbatasan Polandia yang diduga melanggar hak migran, dan membandingkan perlakuan Polandia terhadap migran dengan negara lain," kata laporan itu.

Meskipun orang-orang di baliknya berusaha menyembunyikan identitas dan koordinasi mereka, penyelidikan menemukan hubungan dengan KGB Belarus. KGB Belarus tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Facebook telah berada di bawah tekanan global dari regulator, anggota parlemen, dan karyawan untuk memerangi pelanggaran pada layanannya. FB mengatakan kepada Reuters pada September bahwa mereka menjadi lebih agresif dalam menutupgrup terkoordinasi dari akun pengguna nyata yang terlibat dalam aktivitas berbahaya tertentu di platformnya, termasuk upaya untuk memengaruhi pemilihan di sejumlah negara.

Negara-negara Uni Eropa menuduh Belarus menciptakan krisis migran di perbatasan timur blok itu dengan mendorong ribuan orang dari Timur Tengah dan Afrika untuk mencoba menyeberang ke Polandia dan Lithuania, sebagai pembalasan atas sanksi Barat terhadap Minsk.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko membantah melakukan hal itu dan menyalahkan Uni Eropa atas krisis tersebut. Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan sedikitnya 13 orang tewas ketika para migran berkemah dalam kondisi beku di perbatasan.

Tiga negara Uni Eropa yang berbatasan dengan Belarus telah membela pendekatan mereka dalam mendorong migran kembali tanpa menilai kasus mereka secara individual atau memberi mereka kesempatan yang realistis untuk mengklaim suaka sebagaimana dijamin di bawah hukum kemanusiaan internasional.

Laporan Meta mengatakan perusahaan itu secara terpisah telah menghapus 31 akun Facebook, empat grup dan empat akun Instagram yang diyakini berasal dari Polandia dan menargetkan audiens di Belarus dan Irak.

Laporan itu tidak menghubungkan akun-akun itu ke negara bagian Polandia tetapi mengatakan bahwa itu dimaksudkan untuk mencegah para migran mencoba masuk ke EU.

"Nama-nama palsu ini mengaku berbagi pengalaman negatif mereka sendiri saat mencoba pergi dari Belarus ke Polandia dan mengunggah tentang kehidupan para migran yang sulit di Eropa," katanya. "Mereka juga mengunggah tentang kebijakan anti migran Polandia yang ketat dan aktivitas neo-Nazi anti migran di Polandia.

sumber : Reuters/antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement