REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperingati Hari AIDS Sedunia, Universitas Nusa Mandiri (UNM) bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Makassar dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengadakan Talkshow Hari AIDS Sedunia. Bertempat di Aula Rektorat Nusa Mandiri Tower Jatiwaringin, kegiatan ini digelar secara hybrid dan disiarkan secara langsung melalui youtube, Rabu (1/12).
Mengusung tema ‘Akhiri AIDS, Cegah HIV, Akses Untuk Semua’, acara ini menghadirkan moderator Denny Delian yang merupakan penggiat media sosial tentang kesehatan reproduksi dan penyakit infeksi menular seksual. Adapula narasumber dr Rahmat Aji Pramono, pemegang program HIV AIDS Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan dr Aditya Tjandra selaku dokter spesialis penyakit dalam RS Restu Kasih.
Menurut Rahmat, program HIV AIDS yang bertujuan untuk mencegah terjadinya HIV/AIDS di kalangan masyarakat. Jika masyarakat telah terinfeksi, maka akan difasilitasi untuk diobati agar bisa kembali menjadi produktif dan masyarakat tidak meninggal karena AIDS, namun meninggal karena penyakit yang lain.
“Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini masuk dalam epidemi terkonsentrasi yang artinya populasi HIV ini di populasi tertentu tidak begitu banyak, di bawah satu persen, namun tinggi dalam populasi kunci seperti pekerja seks komersial, waria, homoseksual dan lain-lain. Pada tahun 2020, untuk jumlah estimasi Orang Dengan (Human Immunodeficiency Virus) atau yang disebut ODHA berjumlah 543.100, sedangkan untuk di Jakarta sendiri diperkirakan 12 persen menyumbang untuk jumlah di Indonesia,” ujarnya.
Tingginya jumlah angka di Jakarta, dibarengi dengan support dari kementerian dan luar negeri sehingga menghasilkan penemuan kasus yang signifikan. Mengatasi lonjakan kasus, Dinas Provinsi DKI Jakarta memiliki three zero, yang pertama zero dalam infeksi baru, harapannya Indonesia tidak mengalami infeksi baru. Zero death diharapkan orang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak meninggal karena penyakit tersebut namun meninggal dengan cara yang lain. Terakhir adalah zero stigma.
“Zero stigma merupakan tidak ada stigma buruk atau dikucilkan dari masyarakat, sehingga masyarakat bukannya menjatuhkan mental namun malah merangkul. Di sinilah pentingnya upaya daerah Program HIV, di antaranya suluh yang mensosialisasikan HIV kepada masyarakat, sekolah, kampus, hingga pengusaha tekstil. Kemudian Temukan orang-orang yang mau memeriksakan diri dengan melakukan testing HIV/AIDS kemudian melakukan assessment risiko online,”imbuhnya.
Senada dengan hal tersebut, dr Aditya Tjandra juga menjelaskan virus HIV menyerang sel limfosit TCD 4 yang menyebabkan daya tahan tubuh pengidapnya mengalami penurunan. Pengidap HIV mulai mengalami gejala di stadium 3 dan 4, mulai dari penurunan berat badan secara drastis, diare, demam, dan pembesaran kelenjar getah bening secara umum.
“Secara khusus pengidap HIV mengalami infeksi kulit jamur dan viral seperti kandidiasis oral, herpes zoster dan lainnya. Terduga infeksi HIV juga bisa mengalami gangguan pernapasan seperti batuk lebih dari satu bulan, sesak nafas, TBC, Pneuominia secara berulang. Sedangkan gejala neurologis seperti nyeri kepala yang semakin parah dan tidak jelas penyebabnya apa serta penurunan fungsi kognitif,” jelasnya.
Mencegah terjadinya penularan HIV dengan langkah ABCDE, dimana A (Abstinence) yang berarti absen melakukan seks dan hanya boleh dilakukan orang sudah menikah. B (Be Faithful) bersikap saling setia tidak berganti-ganti pasangan.
C (Condom) cegah penularan dengan menggunakan alat kontrasepsi. D (Drug No) dilarang menggunakan narkoba, dan E (Equipment) tidak menggunakan alat-alat yang seharusnya satu kali pakai secara bergantian.