Mobilitas Tinggi, BI DIY Sebut Inflasi Tetap Terkendali
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mobilitas Tinggi, BI DIY Sebut Inflasi Tetap Terkendali (ilustrasi). | Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DIY menyebut inflasi pada November 2021 meningkat dibanding bulan sebelumnya. Meskipun begitu, Deputi Direktur Perwakilan BI DIY, Miyono mengatakan, inflasi di DIY masih tetap terkendali.
Miyono menyebut, peningkatan inflasi terjadi seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Terutama sejak turunnya level PPKM menjadi level 2 di DIY.
Di November, inflasi DIY berada pada level 0,45 persen (month to month/mtm). Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi pada September yang sebesar 0,24 persen (mtm).
"Secara tahunan inflasi DIY November 2021 berada pada level 2,06 persen (year over year/yoy), tertinggi selama tahun 2021. Dengan kondisi ini, secara kumulatif dari Januari-November, inflasi DIY mencapai 1,57 persen (year to date/ytd)," kata Miyono dalam keterangan resminya, Kamis (2/12).
Miyono menjelaskan, peningkatan mobilitas masyarakat dikarenakan aktivitas pariwisata di DIY meningkat sejak PPKM turun ke level 2. Hal ini juga ditopang oleh terkendalinya kasus Covid-19 di DIY.
"Berdasarkan google mobility index, secara rata-rata mobilitas pariwisata hanya lebih rendah 10,8 persen dari kondisi normal. Kondisi mobilitas di DIY saat ini merupakan yang tertinggi sepanjang pandemi," ujar Miyono.
Selain itu, inflasi tersebut juga didorong oleh tarikan permintaan maupun dorongan penawaran. Dari sisi tarikan permintaan, kata Miyono, peningkatan inflasi terjadi sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat di November.
"Membaiknya konsumsi dan aktivitas pariwisata mendorong peningkatan harga (di beberapa) komoditas pangan," jelasnya.
Dari sisi dorongan penawaran, faktor perbaikan ekonomi global yang berimbas pada kenaikan harga komoditas juga mendorong peningkatan harga minyak goreng, emas dan perhiasan.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya memperkirakan tekanan inflasi masih akan berlanjut di akhir tahun yang dipengaruhi baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dari sisi permintaan, disebutkan bahwa aktivitas konsumsi diperkirakan terus meningkat seiring dengan momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.
"Momen akhir tahun dan HKBN (Hari Keagamaan Besar Nasional) mendorong permintaan komoditas pangan dan transportasi, khususnya transportasi udara. Di sisi lain, faktor musiman pola tanam dan cuaca diperkirakan menyebabkan pasokan komoditas lebih terbatas," tambahnya.
Sementara itu, pihaknya juga memperkirakan tren kenaikan harga komoditas barang-barang impor masih berlanjut di Desember ini. Dengan begitu, BI DIY juga memperkirakan inflasi DIY 2021 lebih tinggi dibandingkan tahun 2020, meskipun masih berpotensi berada di bawah batas bawah sasaran inflasi yakni 3¬+1 persen.