Sabtu 04 Dec 2021 00:01 WIB

Guru Besar FKUI Khawatir Omicron Sudah Masuk Indonesia

Penderita infeksi varian omicron bisa jadi sudah masuk Indonesia sebelum pembatasan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Warga Negara Asing (WNA) berjalan di area kedatangan internasional setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/11/2021). Kasus infeksi varian omicron dikhawatirkan sudah ada di Indonesia, namun belum terdeteksi.
Foto: Antara/Fauzan
Warga Negara Asing (WNA) berjalan di area kedatangan internasional setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/11/2021). Kasus infeksi varian omicron dikhawatirkan sudah ada di Indonesia, namun belum terdeteksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengkhawatirkan varian omicron sudah masuk Indonesia. Kekhawatirannya merujuk temuan kasus varian baru SARS-CoV-2 itu justru menjangkiti orang yang tidak ada riwayat perjalanan ke Afrika Selatan.

Prof Tjandra mengamati ada 390 kasus omicron dari 31 negara, termasuk Hong Kong, Korea Selatan, India, dan Singapura hingga 2 Desember. Dari laporan sejumlah negara ditemukan penularan omicron bukan hanya terjadi pada mereka yang usai bepergian dari Afrika.

 

"Melihat laporan beberapa negara, kasus dari penerbangan sudah mulai sejak beberapa pekan yang lalu, maka akan amat baik kalau di kita juga dilakukan pemeriksaan sekitar dua pekan ke belakang," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (3/12).

 

Prof Tjandra meminta pemerintah memperhatikan laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Eropa yang memperlihatkan mulai adanya kasus di Belgia, Jerman, dan Inggris yang ternyata tidak ada riwayat perjalanan ke Afrika sama sekali. Bahkan, para penderita infeksi varian omicron ini tidak ada riwayat kontak dengan kasus yang melakukan perjalanan. 

 

"Ini yang tentu perlu dianalisis selanjutnya, untuk menjelaskan tentang kasus impor dan penularan di masyarakat (community transmission)," ujar Prof Tjandra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement