REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Asosiasi Tenis China (CTA) memprotes keras keputusan Asosiasi Tenis Putri Dunia atau WTA yang menangguhkan berbagai ajang kejuaraan internasional terkait dengan dugaan pelecehan seksual yang dialami oleh atlet putri Peng Shuai. Keputusan yang dibuat WTA dengan dalih melindungi atletnya berdasarkan informasi yang dibuat-buat, demikian ungkap CTA dikutip Global Times, Jumat (3/12).
WTA menangguhkan beberapa turnamen tenis yang akan digelar di China karena kekhawatiran atas perlakuan terhadap Peng Shuai, mantan petenis nomor satu dunia nomor ganda. Menurut CTA, keputusan WTA tidak hanya melukai perasaan yang bersangkutan, melainkan juga memupus harapan para petenis putri lainnya yang ingin berkompetisi secara fair.
Menurut CTA, keputusan ini akan merusak reputasi seluruh insan cabang olahraga tenis. Peng menjadi perhatian publik dunia setelah mengunggah pesan di media sosial pada November lalu bahwa dia telah mengalami pelecehan seksual dari mantan wakil perdana menteri China Zhang Gaoli.
China menentang keras semua tindakan politisasi olahraga. Demikian disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Wang Wenbin menanggapi keputusan WTA tersebut.
Pada 2020, berbagai ajang kejuaraan WTA di China dibatalkan setelah Badan Olahraga China (CGAS) menyatakan China tidak akan menggelar berbagai ajang kejuaraan olahraga bertaraf internasional karena pandemi Covid-19. Sedikitnya tujuh ajang kejuaraan tenis WTA di China ditangguhkan pada tahun lalu.