Sabtu 04 Dec 2021 07:34 WIB

Saudi Jadi Tuan Rumah Festival Musik Terbesar Timur Tengah

Arab Saudi akan menjadi tuan rumah festival musik terbesar Timur Tengah tahun depan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Christiyaningsih
Wanita Arab Saudi menonton konser jazz di Riyadh. Arab Saudi akan menjadi tuan rumah festival musik terbesar Timur Tengah tahun depan. Ilustrasi.
Foto: Amel Pain/EPA
Wanita Arab Saudi menonton konser jazz di Riyadh. Arab Saudi akan menjadi tuan rumah festival musik terbesar Timur Tengah tahun depan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi akan menjadi tuan rumah festival musik terbesar di Timur Tengah tahun depan. Kegiatan ini disebut berjalan dengan partisipasi dari musisi besar internasional.

Festival ini akan berlangsung antara 16-19 Desember tahun depan. Hal ini menjadi bagian dari inisiatif yang diluncurkan oleh proyek Spirit of Saudi Arabia di bawah kementerian pariwisata. Proyek tersebut berfungsi menyoroti semua kegiatan dan acara pariwisata, yang dijadwalkan akan diadakan selama musim dingin Saudi (mulai Oktober 2021 hingga Maret 2022).

Baca Juga

Dilansir Al Araby pada Sabtu (4/12), penyelenggara kegiatan berharap festival ini dapat menarik wisatawan muda dari dalam negeri, Teluk, dan seluruh dunia. Sekitar 200 musisi dari beragam negara seperti Belanda, New York, Kanada, Rusia, dan Florida akan meramaikan acara.

Kerajaan telah meluncurkan visa turis pada September tahun 2019 dengan 400 ribu visa dikeluarkan dalam waktu enam bulan, sebelum menyetujui penangguhan perjalanan, serta menutup pelabuhan dan perbatasan karena pandemi Covid-19. Pada Oktober lalu, untuk pertama kalinya Kerajaan Arab Saudi akhirnya memutuskan membuka pantai bagi semua gender secara resmi.

Ekonomi terbesar di dunia Arab ini sedang mencoba untuk melepaskan reputasinya sebagai negara ultrakonservatif dengan prosedur administrasi yang rumit dan peraturan usang. Sejak menjadi pemimpin de facto pada 2017, Pangeran Mohammed telah memperkenalkan sejumlah perubahan ekonomi dan sosial yang luas. Termasuk di dalamnya mengizinkan wanita mengemudi, pembukaan kembali bioskop, serta mengizinkan konser musik campuran gender dan pilihan hiburan lainnya.

Hingga 2017, musik dilarang di tempat-tempat umum, sebuah tindakan yang diberlakukan oleh polisi agama, dan perempuan hanya diizinkan mengemudi setahun kemudian. Namun secara bersamaan, sang pangeran melancarkan tindakan keras terhadap perilaku perbedaan pendapat dan kebebasan berbicara, menangkap aktivis wanita, ulama dan jurnalis serta anggota keluarga kerajaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement