REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian baru Covid-19, Omicron dengan nama lain B.1.1.529 yang mulai menjadi pandemi di dunia, disebut WHO sebagai salah satu virus SARS-CoV-2 yang sangat menular bahkan bisa meningkatkan risiko infeksi ulang dan lebih parah dari variant of concern (VOC) lainnya.
Hampir sebagian besar negara termasuk Indonesia, kembali menerapkan pembatasan ketat aktivitas sosial masyarakat, untuk menghindari kerumunan yang berpotensi menjadi pemicu penyebaran Covid-19.
Pemerintah sendiri telah meningkatkan status PPKM kembali ke level 2 di sejumlah daerah, dan menggenjot vaksinasi untuk membentuk klaster-klaster antibodi terhadap Covid-19.
Kondisi kehidupan sosial ekonomi tentunya akan kembali seperti fase PPKM Level 2, dimana hampir sebagian besar masyarakat merasa tertekan akan situasi dan kondisi dimasa Pandemi Covid-19.
"Tidak dapat dimungkiri, varian Covid-19 Omicron, mulai mempengaruhi alam pikiran masyarakat, sehingga rasa was-was, cemas, ketakutan dan emosi menjadi tidak terkontrol sehingga membuat jiwa dan raganya bisa sakit" kata founder Emotional Freedom Tehniques (EFT) Center, Eddy Iskandar, Jumat (3/12).
Jika dikaitkan dengan ilmu kejiwaan, lanjut Eddy, rasa dan perasaan was-was, cemas, ketakutan akan menganggu sistem imun tubuh sehingga tak mampu lagi menjadi benteng pertahanan bagi kesehatan jiwa dan raga.
Imun atau daya tahan tubuh yang lemah, tentunya merusak sistem kekebalan tubuh dan kesehatan seseorang, sehingga penyakit dapat dengan mudah masuk hingga menjadi masalah serta beban baru karena harus diobati.
"Tidak banyak yang belum menyadari bahwasanya tubuh sejatinya adalah dokter terbaik bagi diri kita sendiri. Perlu keseimbangan hati dan pikiran untuk menghadirkan energi positif sebagai dokter pribadi dalam tubuh kita," kata Eddy.
Mengendalikan hati, pikiran, emosi, jiwa seseorang dengan nilai ke-Tuhan-an dan budaya untuk disatupadukan dengan kondisi alam semesta, adalah cara alamiah bagi manusia untuk dapat tetap tenang menghadapi ragam persoalan duniawi yang berdampak langsung maupun tidak langsung dengan dirinya
Untuk memperkenalkan lebih dalam teknik EFT yang dapat dilakukan sendiri untuk mengatasi ragam permasalahan kesehatan jiwa dan raga seseorang, Perkumpulan Praktisi EFT Internasional (PRATI-ICEP) akan mengadakan Indonesia 3rd ICEP Annual Conference bertajuk Capacity Readiness for Longterm Resilience, pada tanggal 4-5 Desember 2021 di Jakarta secara virtual (online), yang rencananya dihadiri dan di isi oleh Ketua KPK, Firli Bahuri.
Selain Firli Bahuri, CEO Digital Group Asen, Dato' Seri Mir, dan Ketua PIKTI (Perkumpulan Induk Organisasi Kesehatan Tradisional Indonesia), Ekawahyu Kasih, beserta 11 pakar lainnya, memberikan materi dalam konferensi tahun ini.
Konferensi ketiga yang terbuka untuk umum ini, akan mengupas tuntas sekaligus menggugah semangat masyarakat untuk mengembangkan kesiapan kapasitas diri untuk ketahanan jangka panjang melalui pendekatan dimensi spiritual, sosial, kesehatan, karir dan keuangan, seperti yang dilakukan tokoh-tokoh yang mengisi kegiatan ini.
"Syukur Alhamdulillah, Ketua KPK, Drs. Firli Bahuri, M.Si. Insya Allah akan mengisi sesi dalam konferensi nasional tahun ini. Beliau ternyata juga memiliki ketertarikan dengan metode alami dan tradisional untuk menjaga kesehatan dan sistem imun tubuhnya," kata dia.
Metode alami dan tradisional tersebut, adalah terapi refleksi milik istrinya yang berkembang sangat pesat di beberapa tempat. Setiap bulan saja, pusat refleksi yang dirintis oleh istri pemimpin punggawa pemberantas korupsi ini, melayani sekitar tiga ribu orang.
"Kita bisa lihat begitu fitnya Pak Firli di usia 58 tahun. Nanti kita bongkar rahasia beliau bagaimana bisa tetap bugar diusianya yang lebih dari setengah abad, tetap "tough" dan memiliki performa tinggi dalam menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai abdi negara," tutur Eddy.
"Masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara Pak Firli tetap fresh, terbebas dari stress mengingat tidak sedikit serangan mental yang selalu ditujukan kepadanya, dan beratnya amanat rakyat yang harus dipinggulnya sebagai pemimpin lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia," tambah Eddy.