REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta menyelenggarakan Wisuda Pendidikan Kader Mubalig (PKM) Angkatan XXVII Tahun 2020, dengan mengangkat tema, “Dinamika dan Tantangan Dakwah di Ibu Kota”. Acara itu diadakan di Gedung Graha Mental Spiritual Lantai 8, Jalan Awaluddin II, Tanah Abang Jakarta Pusat, Rabu (1/12).
Hadir dalam kegiatan wisuda ini adalah Plt Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta, Aceng Zaini; Ketua KODI DKI Jakarta, KH Jamaluddin F Hasyim; Direktur PKM KODI DKI Jakarta, KH. Samsul Ma’arif, Pengurus KODI DKI Jakarta; Perwakilan Forum Komunikasi Lembaga Dakwah (FKLD) Provinsi DKI Jakarta; Forum Musyawarah Lembaga Dakwah Pemuda Islam (FMLDPI) DKI Jakarta; Perwakilan Alumni PKM yang terhimpun dalam Syi’ar Da’i Indonesia (Syida’i); beserta tamu undangan lainnya
“Pendidikan Kader Mubalig (PKM) yang diselenggarakan oleh KODI DKI Jakarta, merupakan respons dari tuntutan masyarakat dakwah yang mengharapkan tersedianya mubalig yang kompeten dan mampu menjawab tantangan dan dinamika sosial masyarakat, khususnya di Ibu Kota Jakarta,” kata Ketua KODI DKI Jakarta, KH Jamaluddin F Hasyim dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/12).
Ide dasar ini, lanjutnya, bertitik pangkal dari arahan gubernur DKI Jakarta pada rapat kerja Forum Komunikasi Lembaga Dakwah (FKLD) dan KODI DKI Jakarta di Cisarua, Bogor pada tanggal, 9 -10 Oktober 1992 tentang pentingnya standardisasi mutu mubalig dan mubalighah.
“Sejak PKM didirikan pada tahun 1993, sampai tahun 2021 ini telah berhasil meluluskan 1.284 lulusan, yang tersebar di instansi-instansi pemerintahan, yang menyebarkan banyak manfaat di masyarakat. Jumlah ini tentu masih belum sebanding dengan kebutuhan masyarakat terhadap kehadiran para dai dan mubalig. Sehingga kami berkeyakinan bahwa program pengkaderan ini harus terus ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya,” ungkap kiyai pimpinan Ma’had Aly Al Aqidah Al Hasyimiyah Jakarta ini.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa wisuda tahun ini diikuti sebanyak 69 lulusan PKM Angkatan ke-27 tahun 2020. sedangkan program PKM Angkatan XXVIII Tahun 2021 yang saat ini sedang berjalan, diikuti oleh 75 peserta. Meski perkuliahan banyak mengalami kendala, terutama dari aspek anggaran.
“Wisuda bukanlah akhir tapi adalah awal sebagai amanah dan tanggung jawab. karena sudah memiliki ilmu dan sekarang tanggung jawab sebagai wisudawan PKM adalah mentransfer, mengamalkan dan mengabdikan diri di tengah masyarakat,” ungkapnya
Tantangan dakwah di ibukota, lanjutnya, sangat kompleks. Maka, Alumi PKM tidak boleh jumud, beku, kaku, eksklusif, dan juga tidak boleh anti terhadap perbedaan.
“Alumi PKM tidak boleh jumud, beku, kaku, eksklusif, tidak boleh anti terhadap perbedaan. Karena, orang yang semakin luas pemikirannya, semakin bertambah ilmunya, berilmu maka ia akan semakin mudah menerima orang lain, sehingga ia bisa lebih toleran, tidak keras dan tidak eksklusif. Menjadi wisudawan PKM harus bisa mendamaikan konflik bukan bagian dari konflik, mendamaikan masalah bukan menambah masalah,” tuturnya.
Menurut Plt Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta, Aceng Zaini, pendakwah harus masuk di semua lini karena memang tantangan dakwah di ibukota sangat kompleks,
Seorang mubalig, lanjutnya, bukan hanya di podium tapi bisa mengakses di dunia maya, di medsos, Inovasi dan kreasi terus, “Insya Allah, Biro Dikmental akan berupaya menaikkan anggaran KODI , dan Semoga KODI DKI Jakarta semakin eksis dan dinamis karena keberadaan KODI DKI Jakarta sangat penting di tengah masyarakat DKI Jakarta,” ujarnya.
Selanjutnya, menurut KH Samsul Ma’arif, para dai harus menyiapkan diri secara baik, dan juga harus betul-betul memiliki kualitas ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu yang lainnya.
Setelah dari sini (lulusan PKM), lanjutnya, maka jangan pernah berhenti belajar. Harus terus mengasah keilmuan dan juga metode dakwah yang digunakan harus mengikuti perkebangan teknologi,
“Dai harus mengikuti perkembangan tekhnologi, karena dai yang tidak mengikuti perkembangan IT maka dakwahnya akan terhambat,” terang ketua PWNU DKI Jakarta ini dalam orasi ilmiahnya.