REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama memperingatkan Pemerintah Indonesia soal ancaman peningkatan kasus Covid-19. Ia merujuk peningkatan kasus Covid-19 semua jenis varian, bukan hanya akibat Omicron di Afrika Selatan (Afsel).
Prof Tjandra menyebut ada peningkatan kasus sebanyak sekitar 311 persen di Afsel pada pekan terakhir November dibandingkan sepekan sebelumnya. Lalu ada peningkatan angka masuk Rumah Sakit sebesar 4,2 persen di Prov Gauteng tempat Ibukota Johannesburg Afsel.
Data lain dari Afrika Selatan yaitu kasus pada 1 Desember adalah 8.561 atau naik dari 26 November sebanyak 3.402 kasus. Angka reproduksi (R) juga meningkat, "South Africa’s National Institute for Communicable Diseases (NICD)" menyebutkan angka R di atas 2 di provinsi Gauteng
"Jurnal Kedokteran internasional terkemuka 'Lancet' 3 Desember 2021 menyampaikan di Afrika Selatan jumlah kasus Covid-19 rata-rata per hari adalah 280 orang sebelum Omicron ditemukan. Angka ini naik menjadi sekitar 800 orang per hari di minggu berikutnya, tetapi ini mungkin karena peningkatan surveilans," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers kepada Republika, Sabtu (4/12).
Selain itu, Prof Tjandra menjelaskan varian Omicron mengandung delesi dan lebih dari 30 mutasi. Bahkan sebagian diantaranya serupa dengan mutasi pada varian alpha, beta, gamma, atau delta. Ia menduga delesi dan mutasi ini menyebabkan peningkatan angka penularan, peningkatan "viral binding affinity" dan peningkatan luput dari antibodi.
"Juga ada mutasi-mutasi lain yang dampaknya belum sepenuhnya diketahui, apalagi kalau dikombinasikan dengan mutasi-mutasi yang sudah pernah ditemukan di VOC (varian of concern) yang lain," ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu.
Di sisi lain, Prof Tjandra merujuk laporan European CDC mengenai 35 negara yang sudah melaporkan 486 kasus Omicron per 3 Desember. Beberapa negara seperti Belgia, Jerman, Spanyol, Australia, Inggris sudah mendeteksi kasus tanpa kaitan epidemiologik dengan negara terjangkit.
"Artinya mereka tidak ada riwayat perjalanan ke sana dan juga tidak ada kontak dengan kasus positif Omicron. Ini mengindikasikan bahwa mungkin saja sudah terjadi penularan di masyarakat dari varian Omicron, sesuatu yang amat perlu diwaspadai dari kacamata penyebaran epidemiologik," ucap Prof Tjandra.