Sabtu 04 Dec 2021 17:50 WIB

BNPB Belum Terima Laporan Korban Jiwa Akibat Erupsi Semeru

Visual abu vulkanik dari guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Lumajang.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (4/12).
Foto: Istimewa
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih terus berupaya mendata korban akibat Gunung Semeru yang mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dengan terjadinya guguran awan panas. Guguran ini mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB.

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan kondisi hujan melanda kawasan Gunung Semeru. Hal ini menyebabkan pandangan mengalami kendala di sana.

Baca Juga

"Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Visual Gunung Semeru juga masih tertutup kabut disertai hujan dengan intensitas sedang. Sementara itu kerugian materil dan dampak lainnya dari erupsi Gunung Semeru masih dalam pendataan," kata Abdul dalam keterangan pers yang diterima pada Sabtu (4/12) sore.

Abdul menjelaskan kronologi kejadian yang diamati dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang. Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik.

"Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500 hingga 800 meter. Dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah," ujar Abdul.

Sebagai respons cepat dari adanya kejadian guguran awan panas tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan para penambang untuk tidak beraktivitas di sepajang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan. Anggota BPBD Kabupaten Lumajang bersama tim gabungan lainnya segera menuju lokasi kejadian di sektor Candipuro-Pronojiwo untuk melakukan pemantauan, kaji cepat, pendataan, evakuasi dan tindakan lainnya yang dianggap perlu dalam penanganan darurat.

"Tim BPBD Kabupaten Lumajang saat ini tengah mengupayakan untuk mendirikan titik pengungsian sektoral di Lapangan Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang," ucap Abdul.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement