REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini dinilai kurang efektif melawan varian Delta yang masih menjadi jenis paling umum di beberapa negara. Hal ini merujuk pada studi yang diterbitkan oleh jurnal PLOS Pathogens.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah varian Omicron yang baru muncul memiliki 32 mutasi genetik pada protein lonjakan. Fakta ini, membuat para ahli khawatir tingkat kemanjuran vaksin kian melemah karena Omicron.
"Tetapi, percobaan yang sama dalam penelitian ini perlu diulang untuk Omicron. Saya dan tim sudah memulai proses ini dengan sampel varian baru," kata penulis studi, Emma Thomson seperti dilansir dari unitedpressinternational, Ahad (5/12).
Strain Delta memiliki tujuh mutasi genetik pada protein lonjakan virus yang ditargetkan oleh vaksin dari AstraZeneca yang digunakan di Eropa, serta Johnson & Johnson, Moderna dan Pfizer-BioNTech, yang tersedia di Amerika Serikat. Data menunjukkan, mutasi ini cukup untuk mengurangi efektivitas vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech hingga lima kali lipat dibandingkan dengan jenis virus lainnya.
Untuk studi ini, para peneliti menganalisa sampel serum yang dikumpulkan dari individu sehat yang telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca COVID-19. Di antara peserta penelitian, 156 peserta telah menerima dua dosis vaksin dan 50 orang lainnya baru menerima satu dosis.
Para peneliti menggunakan model tiga varian berbeda dari Covid-19 yakni Alpha, yang muncul di Inggris pada September 2020; Beta, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan sebulan kemudian; dan Delta, pertama kali terdeteksi di India awal tahun ini. Hasil temuan studi, vaksin Pfizer dan AstraZeneca melindungi terhadap ketiga varian Covid-19 tetapi kurang efektif dengan Beta dan Delta.
Sementara varian Delta mengurangi respons imun dalam vaksin Pfizer-BioNTech empat kali lipat. Di antara mereka yang divaksinasi dengan suntikan AstraZeneca, ada penurunan lima kali lipat dalam respons kekebalan terhadap varian Delta.
“Temuan utama di sini adalah bahwa varian Delta melemahkan antibodi dari orang yang telah divaksinasi. Meskipun kita tahu, penelitian lain menunjukkan bahwa vaksin masih bekerja untuk mencegah keparahan penyakit dan kematian," kata Thomson.
“Studi ini juga memberitahu kita bahwa virus tersebut mampu secara bertahap keluar dari respons kekebalan tubuh dari waktu ke waktu, dan merupakan sinyal peringatan bahwa varian baru mungkin mengharuskan kita untuk memperbarui vaksin kita, seperti yang kita lakukan untuk influenza setiap tahun,” tambah dia.
Vaksin COVID-19 saat ini efektif dalam melindungi dari penyakit parah akibat virus, sehingga mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada mereka yang divaksinasi lengkap. Namun, kemanjuran vaksin kembali disoroti karena kekhawatiran akan varian Covid-19 Omicron.
Varian Delta, yang telah mendominasi Amerika Serikat sejak musim semi, telah mengurangi efikasi vaksin yang digunakan di AS. Ini terjadi lantaran mutasi genetik di balik varian baru ini secara efektif mengubah bentuk protein lonjakan Covid-19, yang membatasi kemampuan antibodi.