REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-- Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel meminta Syarikat Islam (SI) untuk fokus melakukan dakwah ekonomi. “Ini pilihan strategis yang tepat. Ekonominya pun ekonomi halal,” katanya, Sabtu, (4/12).
Hal itu ia sampaikan saat memberikan pidato pengarahan di hari kedua Kongres Nasional ke-41 Syarikat Islam. Syarikat Islam didirikan oleh Haji Samanhudi di Laweyan, Solo, dengan nama asal Syarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian berubah menjadi SI. SDI berdiri pada 16 Oktober 1905.
Pergerakan ini awalnya sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi, namun di masa HOS Tjokroaminoto kemudian juga merambah di bidang politik. Kongres di Solo ini mengambil tema Penguatan Dakwah Ekonomi Menghadapi Era Masyarakat 5.0. Saat ini, SI dipimpin oleh Hamdan Zoelva, mantan ketua Mahkamah Konstitusi, sebagai ketua umum Lajnah Tanfidziyah, dan Achmad Farial, sebagai ketua Dewan Pusat.
Pada kongres di Solo ini SI ingin kembali ke pergerakan ekonomi. Dalam kongres ini juga ada yang menarik karena para peserta mengenakan baju beskap Jawa dan kain jarik batik serta peci hitam sebagaimana yang selalu dikenakan Tjokroaminoto. Kongres ini dibuka Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dengan membacakan pidato Presiden Jokowi. Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga memberikan pidato pembukaan secara virtual.
Gobel mengatakan dirinya baru kembali dari Turki pada pekan lalu untuk mengikuti World Halal Summit. “Potensi ekonomi halal dunia mencapai 7 triliun dollar AS. Ini potensi yang besar. Dan Indonesia tidak boleh menjadi konsumen tapi harus menjadi produsen. Saya berharap SI menjadi aktor penting dalam ekonomi halal ini,” katanya. Ia berharap dalam kongres ini SI membuat rumusan yang konkret dan terukur dalam program aksi di bidang ekonomi. “Di sini bukan bicara administrasi halal, tapi bicara tentang bisnis ekonomi halal,” katanya.
Menurutnya, SI bisa memilih bidang pangan dan herbal yang menjadi kekuatan Indonesia. Pangan ini mulai dari pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan juga industri pangan serta pengolahannya. “Mereka adalah umat Islam dan berada di desa-desa serta di skala UMKM,” katanya. Indonesia, katanya, dianugerahi tanah yang subur dan laut yang luas. Selain itu, katanya, Indonesia juga dianugerahi keragaman rempah-rempah serta berbagai jenis tanaman herbal. “Dulu Belanda datang untuk mencari rempah-rempah. Bukan mencari tambang. Jadi kita harus kembali pada kekuatan sejati kita,” katanya.
Menurutnya, pangsa pasar herbal di dunia mencapai Rp 900 triliun. Indonesia baru bisa berkontribusi Rp 9 triliun. “Baru satu persennya. Jadi masih terbuka luas,” katanya.
Ia berharap SI bisa menjadi pioner gerakan ekonomi di Tanah Air di awal abad ke-21 ini. “Pada awal abad ke-20, SI adalah pioner pergerakan kebangsaan. Maka sekarang pun SI harus menjadi pioner lagi,” katanya. Melalui ekonomi, katanya, Indonesia akan bangkit menjadi kekuatan ekonomi dunia. “Pada diri saya ini mengalir darah SI. Ayah saya, Thayeb Mohammad Gobel, pernah menjadi ketua SI. Karena itu saya ingin SI bangkit untuk menjadi pelopor bagi kemajuan Indonesia,” katanya.
Agar gerakannya menjadi efektif dan kuat, kata Gobel, maka SI harus membentuk koperasi. “Seperti lidi, jika satu mudah dipatahkan. Tapi jika disatukan dalam satu ikatan maka lidi itu menjadi kuat,” katanya.
Dalam konsep ajaran Islam, katanya, tak hanya mengenal halal tapi juga thoyib. “Jadi bukan hanya substansinya saja tapi juga pada proses dan tata caranya. Di sini ada konsep tentang kelestarian lingkungan dan metode. Semua ini ajaran yang ramah lingkungan dan bervisi ke depan,” katanya.
"Dengan semangat kembali ke Laweyan mari kita majukan ekonomi Indonesia melalui politik kemakmuran, politik pembangunan," kata Gobel.