Ahad 05 Dec 2021 06:20 WIB

Survei: Warganet Tolak Praktik Islamofobia

Islamofobia mendapat perlawanan dari warganet.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Survei: Warganet Tolak Praktik Islamofobia. Foto: Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Survei: Warganet Tolak Praktik Islamofobia. Foto: Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON—Ratusan pengguna media sosial di seluruh dunia menentang praktek Islamofobia, berdasarkan ekperimen sosial yang dilakukan seorang aktivis Muslim Amerika. Saqib Hussain Javed, 27, dari Detroit, Michigan, meminta pengguna Twitter untuk mengatakan dari mana mereka berasal dan sikap mereka terhadap praktek kebencian anti-Muslim.

Mantan pemain profesional Asosiasi Bola Basket Nasional Rex Chapman, yang turut bergabung dalam survei, "Saya dari Kentucky dan saya menentang Islamofobia.” Respon serupa juga banyak berdatangan dari seluruh penjuru Amerika, dari Washington, Colorado, hingga Texas.  Orang-orang di luar Amerika juga turut meramaikan, mulai dari Toronto, Kanada, Kerala, Uganda, hingga Inggris. 

Baca Juga

Sebuah lembaga pecinta lingkungan dan keadilan sosial, Green Party of New York, juga turut bergabung dalam gerakan tersebut. "Kami dari New York dan kami menentang Islamofobia,” tulis GPNW. 

Beasy Jennison dari Ohio mengatakan sangat terkesan dengan diadakannya eksperimen ini. "Masih banyak yang harus dilakukan untuk mengakhiri penyakit kebencian yang melanda bumi kita, agar harapan untuk persatuan dunia dapat lebih mudah terwujud,” ujarnya. 

“Saya dari Ohio, AS dan saya akan selamanya melawan islamofobia,” sambungnya. 

Dalam sosial media eksperimennya, Javed, pencipta eksperimen, menggambarkan Islamofobia sebagai sebuah wabah di masyarakat barat. Alasan khusus yang menginisiasi dilakukannya 'eksperimen sosial' ini adalah karena adanya serangan yang baru-baru ini menargetkan Ilhan Omar, seorang anggota Kongres AS Muslim, oleh Lauren Borbert, anggota Kongres berkulit putih, kata dia. 

"Dia (Borbert) memuntahkan hal yang sama, yang tumbuh sebagai bentuk intimidasi, dan membuat banyak Muslim dikaitkan dengan terorisme di lingkungannya,” ujar Javed. 

Javed mengatakan ini adalah masalah khusus bagi Muslim yang, seperti dia, tumbuh setelah serangan teror 9/11 pada tahun 2001. "Saya mengalami PTSD karena pelecehan rasial yang saya alami di sekolah dasar,” ungkapnya. 

Inspirasi lain untuk eksperimen anti-Islamofobia Javed adalah anggota parlemen Inggris Apsana Begum, yang berbicara tentang prasangka yang dia hadapi Rabu lalu di Parlemen Inggris. Ini datang sebagai bagian dari debat Bulan Kesadaran Islamofobia.

Merefleksikan dukungan global yang diterima eksperimennya, Javed mengatakan, “Itu tidak selalu membuat saya merasa lebih baik, tetapi itu memberi saya harapan.”

"Dan di mana ada harapan, di situ ada peluang untuk dunia yang lebih baik,” pungkasnya. 

Sumber:

 https://en.abna24.com/news//hundreds-of-social-media-users-stand-against-islamophobia-in-america_1204920.html

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement