Ahad 05 Dec 2021 14:58 WIB

Maskapai Komersial Pindah Jalur karena Lintasi Jalur NATO

Maskapai Aeroflot pindah jalur penerbangan karena lintasi jalur pesawat NATO.

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Pesawat pengintai P-8A Poseidon. Maskapai Aeroflot terpaksa pindah jalur penerbangan karena lintasi jalur pesawat NATO. Ilustrasi.
Pesawat pengintai P-8A Poseidon. Maskapai Aeroflot terpaksa pindah jalur penerbangan karena lintasi jalur pesawat NATO. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Lembaga aviasi Rusia mengatakan pesawat maskapai Aeroflot yang terbang dari Tel Aviv ke Moskow terpaksa pindah jalur penerbangan di Laut Hitam. Pesawat itu terpaksa pindah jalur karena melintasi jalur terbang pesawat intai NATO CL-600.

Maskapai milik Rusia itu mengatakan, penerbangan SU501 yang membawa 142 penumpang terpaksa merendah 2.000 kaki setelah pengendali lalu lintas udara mengatakan terdapat pesawat lain yang melintasi jalur terbangnya. Di pernyataan yang terpisah Sabtu (4/12), Aeroflot mengatakan awak pesawat dapat melihat pesawat lain ketika mereka melintasi jalur tersebut.

Baca Juga

Otoritas penerbangan Rusia, Rosaviatsia, mengatakan sebelumnya pesawat CL-650 yang lebih kecil terbang dari Sochi di Laut Hitam menuju Skopje juga harus mengubah jalurnya. Tidak disebutkan pesawat pengintai itu milik negara anggota NATO yang mana.

Pada Jumat lalu (3/12) Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat-pesawat tempur mereka mengusir dua pesawat pengintai militer Amerika Serikat (AS) di atas Laut Hitam. Kedutaan Besar AS di Moskow belum menanggapi permintaan komentar mengenai insiden yang dilaporkan kantor berita Rusia, Interfax, tersebut.

Rosaviatsia mengatakan meningkatnya pesawat-pesawat NATO di kawasan meningkatkan risiko pada pesawat-pesawat penumpang. Moskow juga berencana untuk mengajukan keluhan diplomatik atas hal tersebut.

Ketegangan internasional semakin memanas di Ukraina dan di kawasan Laut Hitam. Kiev dan negara-negara besar yang tergabung di NATO menuduh Rusia menumpuk pasukan di dekat Ukraina.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran kemungkinan serangan. Moskow membantah rencana tersebut dan menuduh Ukraina menumpuk pasukannya di timur negara itu, wilayah yang dikuasai separatis yang didukung Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement