REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri lembaga survei dan konsultan politik Cyrus Network, Hasan Nasbi mengatakan, ada dua hal yang bisa membuat perubahan peta dukungan publik terhadap figur capres 2024. Yaitu habisnya masa jabatan beberapa kepala daerah dan koalisi partai yang dilakukan lebih awal, yang juga dapat memunculkan calon lebih awal. Hal itu disampaikan Hasan Nasbi dalam diskusi yang diadakan Total Politik di Cikini, Jakarta, Ahad (5/12).
Hasil survei dari lembaga-lembaga yang kredibel selalu menempatkan tiga nama teratas, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Tiga nama tersebut sudah muncul dalam berbagai survei pasca Pilpres 2019. Bedanya adalah posisi nomer dua yang sempat ditempati Anies Baswedan kini diambil Ganjar Pranowo.
Menurut Hasan, tiga nama tersebut adalah pewaris dukungan Prabowo dan Jokowi di 2019. "Prabowo itu Old Soldier, veteran pilpres yang _nggak_ ngapa-ngapain saja punya pendukung tetap sekitar 25 persen," ujar Hasan.
Ganjar Pranowo dianggap mewarisi sebagian pemilih Jokowi. Golongan yang sering menggunakan narasi kebhinekaan dan Pancasila harga mati.
Sedangkan Anies Baswedan dianggap mewarisi mantan pendukung Prabowo, yang banyak menggunakan narasi keagamaan, dan dulu mendukung Prabowo.
"Mereka ini melihat Anies Baswedan sebagai cantelan baru. Jumlah nya bisa mencapai sekitar 15 persen. Sisanya ada yg kebagian warisan sedikit-sedikit itu AHY, Sandiaga Uno," imbuh Hasan.
Dukungan pada tiga nama teratas itu menurutnya lebih karena keyakinan dan bukan persepsi rasional.
Dua hal yang menurut Hasan dapat mengubah itu, adalah ; pertama, ada tokoh-tokoh yang habis masa jabatannya.
Diketahui bahwa Anies Baswedan akan habis masa jabatannya pada 2022, dan Ganjar Pranowo pada 2023.
"Itu efeknya bisa luas. Karena nggak punya jabatan itu jangankan dengan partai dengan teman sendiri saja susah," kata Hasan. Hasan mencontohkan Gatot Nurmantyo yang sempat tinggi angka surveinya kini makin meredup.
Konteks kedua yang dapat mengubahnya adalah koalisi lebih awal antar partai politik dan penentuan calon lebih awal.
Hari ini masyarakat tidak tahu siapa yang benar-benar punya tiket untuk maju atau tidak. Masalahnya saat ini masih ada anggapan bahwa mendeklarasikan diri jauh-jauh hari itu buruk.
Dari perolehan suara partai, ada tiga Partai yang potensial untuk memajukan calon. PDIP yang bisa memajukan calon sendiri, atau Gerindra dan Golkar yang hanya membutuhkan satu partai tambahan.
"Ini dua hal yang bisa mengubah peta survei. Kalau sudah dibungkus saya yakin orang akan melihat ooh ini yang sudah punya tiket, " ujar Hasan
Namun elite politik kerap menginginkan calon ditentukan di akhir-akhir. " Karena di akhir makin tinggi harga negonya. Padahal publik menginginkan jauh-jauh hari," katanya.