REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono menjelaskan saat ini potensi erupsi Gunung Semeru masih ada. Hanya saja, kata Eko yang perlu diwaspadai lainnya adalah potensi hujan yang berpotensi membawa material erupsi turun ke bawah.
Eko menjelaskan dari data yang didapat dari peta rawan bencana dan aliran erupsi Kementerian ESDM, arah keluarnya material erupsi bergerak ke arah tenggara dan selatan. Kata Eko, sobekan kawah juga berada di arah aliran sungai yang ada.
"Untuk itu, dengan potensi yang masih ada, maka arah aliran material ini dan juga sobekan kawah menjadi hal yang penting untuk diperhatikan," ujar Eko dalam konferensi pers, Ahad (5/12).
Eko menjelaskan dengan adanya potensi hujan lebat yang diinformasikan oleh BMKG, maka tim evakuasi dan warga diimbau untuk berhati hati dari jalur aliran meterial erupsi di arah tenggara dan selatan kawah.
"Potensi dari lahar ini juga mengarah ke selatan dan tenggara itu. Konidisi cuaca disana, kemungkinan besar ada hujan. Nah, ini sebaiknya agar guguran lava yang keluar dan mungkin muncul akibat hujan lebat bisa dihindari. Waspada atas cuaca yang ada saat ini," ujar Eko.
Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menjelaskan, erupsi dan guguran awan panas sudah mulai dikeluarkan Gunung Semeru sejak 1 Desember 2021. Sejak 2 Desember, Badan Geologi Kementerian ESDM sudah mengirimkan surat kepada Pemerintah Daerah Lumajang, bahkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Ada peningkatan sejak 1 Desember, tapi kami sudah komunikasi ke stakeholder ke wilayah. Kami sudah bilang tanggal 2 itu ke surat bupati Lumajang. Termasuk, surat ke Ibu Gubernur Jatim," ujar Andiani melalui konferensi pers, Ahad (5/12).
Bahkan, kata Andiani, hingga saat ini potensi erupsi susulan ataupun guguran awan panas masih bisa terjadi. Ia mengatakan, sudah meminta kepada stakeholder terkait untuk bisa melakukan langkah pengamanan jauh sebelum guguran awan panas 4 Desember kemarin.
"Potensi erupsi susulan atau awan panas masih ada, tapi seberapa besar dan seberapa jauh memang sulit diprediksi. Tapi, potensinya tetap ada. Kami meminta masyarakat untuk tetap berhati-hati," ujar Andiani.