Senin 06 Dec 2021 06:02 WIB

Menhan: Industri Pertahanan tak Boleh Bergantung Luar Negeri

Negara kaya, jika sistem pertahanannya tak kuat maka akan diinjak-injak negara lain.

Rep: Flori Anastasia Sidebang/ Red: Erik Purnama Putra
Menhan Prabowo Subianto bersama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, KSAL Laksamana Yudo Margono, dan Dirut PT PAL Kaharuddin Djenod.
Foto: Dok PT PAL
Menhan Prabowo Subianto bersama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, KSAL Laksamana Yudo Margono, dan Dirut PT PAL Kaharuddin Djenod.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, bisa memudahkan sekaligus juga menjadi tantangan bagi kedaulatan negara. Sehingga, TNI perlu ditunjang industri pertahanan yang kuat.

"Sebagai negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia, hal ini bisa memudahkan tapi juga tantangan bagi kedaulatan negara. Sifat (negara) kepulauan membutuhkan TNI yang kuat, baik di darat, laut maupun udara dan ditunjang industri pertahanan yang kuat," kata Prabowo saat me-launching kapal cepat rudal (KCR) 60 meter kelima di Divisi Kapal Perang PT PAL (Persero), Kota Surabaya, Jawa Timur, Ahad (5/12).

Baca Juga

Prabowo didampingi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, dan Direktur Utama PT PAL Kaharuddin Djenod.

Menurut Prabowo, sifat pertahanan Indonesia adalah rakyat semesta, yakni penduduk di pulau dan komunikasi melalui laut serta udara. Dia menuturkan, tanpa kekuatan maritim yang kuat, Indonesia tidak mungkin memiliki pertahanan kuat.

Sehingga, pertahanan kedepan pada hakikatnya merupakan kolaborasi antartiga matra TNI, yaitu darat, laut dan udara, yang ditopang oleh industri pertahanan yang mumpuni. "Pertahanan ked epan kerja erat tiga matra ditopang industri pertahanan yang kuat dan kita tidak boleh tergantung sepenuhnya dari luar negeri," jelas Prabowo.

Prabowo menerangkan, tujuan negara adalah melindungi segenap tumpah darah. Artinya, sektor pertahanan tidak boleh diabaikan. Dia menyebut, sebagai contoh negara kaya, jika sistem pertahanannya tidak kuat maka akan diinjak-injak dan kekayaannya dirampas oleh negara lain.

"Untuk itu, ke depan pertahanan akan lebih kita tingkatkan. TNI AL harus kuat dengan kapal-kapal perangnya, TNI AU dengan pesawat-pesawatnya dan kekuatan TNI AD harus  semakin bertambah kuat," tutur Prabowo.

Adapun kapal jenis KCR kelima yang diluncurkan memiliki spesifikasi panjang total (loa) 60 meter, kecepatan maksimum (full load) 28 knot, kecepatan jelajah (cruising) 20, dan ketahanan di laut lima hari. Lalu, jarak jelajah 2400 nautical mile (nm) pada kecepatan 20 knot serta akomodasi 55 orang.

Untuk menambah daya gempur dan kehandalannya, KCR 60 Meter dipasang sensor, weapon and command (sewaco). Di antaranya, adalah SSM Exocet MM40 B3 MBDA France, Auxiliary 20 milimeter Gun Shipborn E Serbia, dan Surveillanc E Radar Terma Scanter 4603 Denmark.

Kemudian, EO tracking c-fire United Kingdom, Decoy and ESM [FFBNW], data link national DL Indonesia, CMS Terma C-FLEX Denmark, dan main gun 57 Bofors MK3 Sweden. Setelah melaksanakan uji coba, kapal tersebut akan diserahkan kepada TNI Angkatan Laut (AL) dan bergabung dengan Koarmada III.

Hingga kini, TNI AL telah mengoperasikan sejumlah kapal perang jenis KCR 60 meter untuk menjaga kedaulatan wilayah laut NKRI. Di antaranya, KRI Kerambit-627, KRI Sampari-628, KRI Tombak-629, dan KRI Halasan-630.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement