Aksi Korporasi Industri Telko Diapresiasi Positif
Red: Fernan Rahadi
Indosat | Foto: Indosat Ooredoo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi korporasi yang dilakukan PT Indosat Tbk (ISAT) berupa bagi-bagi dividen dinilai akan memunculkan sentimen positif di pasar modal. Ujung-ujungnya aksi tersebut akan mendorong aksi membeli saham Indosat oleh para pelaku pasar. Bukan hanya itu, aksi korporasi tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja atau performa bisnis Indosat lagi bagus-bagusnya.
"Ada lonjakan pertumbuhan dari bisnis Indosat. Yang sebelumnya bisnis Indosat tercatat merugi, kini bisa membukukan laba. Pasar biasanya memberikan apresiasi atau sentimen positif. Apalagi, saham Indosat termasuk saham likuid. Artinya pasar selalu memberikan perhatian atau memantau perkembangan kinerja emiten Indosat," ujar Reza Priyambada, pengamat pasar modal dalam keterangannya kepada wartawan, akhir pekan lalu.
Pernyataan Reza ini selaras dengan keterbukaan informasi dari pasar modal. Dalam rilisnya, dipaparkan bahwa emiten telekomunikasi berkode ISAT ini akan membagikan dividen interim sebesar Rp 4,99 triliun atau sebesar Rp 920,14 untuk setiap sahamnya untuk periode tahun buku 2021 periode tahun buku 2021. Pembayaran dividen akan dilakukan pada 16 Desember 2021.
Masih dari keterbukaan informasi disebutkan, per akhir Oktober 2021, Ooredoo Asia Pte. Ltd menggenggam 65 persen kepemilikan, PT Perusahaan Pengelola Aset 14,29 persen, dan masyarakat sebanyak 20,71 persen. Di sisi lain, tercatat hingga kuartal III/2021 Indosat membukukan pendapatan Rp 23,06 triliun. Pendapatan tersebut tumbuh 11,96 persen dibandingkan dengan pendapatan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 20,59 triliun.
Dari sisi bottom line, ISAT mampu membalikkan kerugian di kuartal III/2020 menjadi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 5,8 triliun. Sebelumnya, pada periode sama tahun sebelumnya ISAT mencatatkan rugi bersih Rp 457,5 miliar.
Reza menegaskan sentimen positif terhadap emiten ISAT tak lepas dari kondisi pasar industri Telko yang sudah terbentuk. Artinya, pelaku pasar melihat bahwa semakin berkembangnya pasar dan teknologi, mendorong perkembangan proses digitalisasi (transformasi digital) pun semakin masif. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini dimana hampir semua masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai atas butuh layanan data yang disediakan oleh provider telekomunikasi.
Terkait pasar industri Telko yang sudah terbentuk, Reza memberikan contoh aksi korporasi XL yang berencana akan merger dengan Axis. Saat itu, pasar sudah melihat dan memprediksi, siapa yang akan digandeng oleh XL. Ketika hal tersebut terwujud, pelaku pasar tentu akan melakukan aksi beli saham XL.
Sedangkan untuk Telkomsel yang belum melakukan konsolidasi, Reza melihat isunya lebih kepada upaya perusahaan mempertahankan pangsa pasar. Jadi, mereka boleh dibilang menguasai pangsa pasar. Skala bisnisnya sudah sangat besar. Jadi, yang dibutuhkan mereka adalah bagaimana agar pangsa pasar yang ada tidak bergeser ke ‘tetangga-tetangga sebelah’.
"Contoh-contoh tersebut menegaskan bahwa pasar memang memberikan apresiasi positif terhadap sektor telekomunikasi. Tentu ini akan berimbas pada kinerja perusahaan-perusahaan telko. Nanti tinggal kinerja yang akan membuktikan, apakah provider yang satu lebih baik dibandingkan provider lainnya," ujarnya.
Karena itu, Reza tidak terkejut dengan aksi korporasi Indosat yang melakukan merger dengan Tri. Meski sempat memunculkan sentimen negatif karena kepastian proses merger yang maju mundur, namun pada akhirnya pelaku pasar akan menunggu akhir dari proses merger ini.
Sejauh ini, kalau dikatakan sentimen negatif mungkin sesaat saja. Sekarang kembali ke manajemen Indosat. Merger ini tujuannya konsolidasi di antara Indosat dan tri. Apakah konsolidasi ini akan menghasilkan nilai tambah bagi Indosat maupun Tri atau tidak.
"Setelah terjadinya konsolidasi ini ternyata nanti coverage Indosat semakin luas, kemudian jumlah pelanggan meningkat, kualitas layanan datanya semakin baik sehingga akan memberikan tambahan revenue. Maka sentimen negatif tersebut lambat laun akan bergeser menjadi sentimen positif. Artinya, pelaku pasar akan melihat bahwa aksi korporasi tersebut ternyata menghasilkan nilai tambah yang positif, terutama bagi pelanggan, industri maupun perusahaan," katanya.