Purwokerto dan Cilacap Catat Inflasi Bulanan Tertinggi
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Inflasi, ilustrasi | Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Purwokerto dan Cilacap kembali mengalami inflasi pada November 2021, yaitu masing-masing sebesar 0,40 persen (mtm) dan 0,36 persen (mtm). Pada periode ini, seluruh kabupaten/kota IHK di Jawa Tengah mengalami inflasi.
Secara tahunan, inflasi di Purwokerto dan Cilacap tercatat masing-masing sebesar 1,76 persen (yoy) dan 1,41 persen (yoy) , berada di bawah rentang target inflasi sebesar 3±1 persen. "Secara umum, Purwokerto dan Cilacap tercatat mengalami inflasi bulanan tertinggi sepanjang 2021," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi.
Ia memaparkan, inflasi pada kedua daerah didorong oleh meningkatnya harga beberapa komoditas pangan strategis pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seperti produk peternakan (daging dan telur ayam ras) seiring menguatnya permintaan pasar serta cabai merah karena faktor cuaca yang mempengaruhi hasil panen.
Harga komoditas minyak goreng juga terpantau meningkat cukup signifikan didorong oleh kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia pada bulan laporan dan diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir 2021. Inflasi pada kelompok makanan dan minuman berkontribusi sebesar 0,27 persen (mtm).
Di sisi lain, tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok Kesehatan yang mengalami deflasi sebesar -0,01 persen (mtm) dan memberikan andil sebesar -0,0003 persen (mtm). "Pada periode laporan, bawang merah, buah naga, jeruk, dan cabai rawit menjadi komoditas utama yang menahan inflasi November," jelas Samsun.
Secara tahunan, Purwokerto tercatat mengalami inflasi 1,76 persen (yoy). Inflasi tersebut relatif terkendali dan berada di bawah rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3±1 persen (yoy). Capaian inflasi tahunan pada November 2021 juga masih lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi November dalam dua tahun terakhir (2019 s.d 2020) yang sebesar 1,95 persen (yoy).
Pada periode sama, Cilacap juga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,36 persen (mtm) atau 1,41 persen (yoy) dan 1,06 persen (ytd). Inflasi utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok Makanan, Minuman Dan Tembakau yang memberikan andil 0,22 persen (mtm).
Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, dan sabun detergen. Di sisi lain, tidak terdapat kelompok komoditas yang mengalami deflasi secara signifikan.
Penurunan harga terutama disumbangkan oleh komoditas bawang merah, bawang putih , cabai rawit, kangkung, dan ikan belanak. Secara tahunan, Cilacap tercatat mengalami inflasi 1,41 persen (yoy).
Inflasi tersebut relatif terkendali dan berada di bawah rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3±1 persen (yoy). Capaian inflasi tahunan pada November 2021 juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi November dalam dua tahun terakhir (2019 s.d 2020) yang sebesar 1,81 persen (yoy).
"Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada 2021 diperkirakan terkendali dan berada di dalam rentang sasaran target inflasi 3±1 persen (yoy)," ujar Samsun.
Adapun risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi ke depan antara lain perkembangan permintaan domestik khususnya rumah tangga yang terganggu sebagai upaya mengurangi tersebarnya pandemi Covid-19, serta berbagai upaya pemulihan ekonomi nasional termasuk bantuan pemerintah untuk para pelaku usaha di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Perubahan cuaca dan iklim yang memengaruhi produksi juga dapat berdampak pada terjadinya fluktuasi harga beberapa komoditas hortikultura. Peningkatan harga komoditas yang ditentukan oleh pemerintah seperti cukai rokok diperkirakan turut andil sebagai penyumbang inflasi.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan peningkatan tarif cukai rokok pada 2021 untuk jenis Sigaret Putih Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Sementara itu, untuk tarif cukai Sigaret Kretek Tangan tidak mengalami peningkatan. Adapun secara rata-rata kenaikan tarif cukai rokok pada 2021 sebesar 12,5 persen dan berlaku mulai Februari 2021.
Kebijakan pemerintah berupa subsidi listrik, subsidi PPnBM kendaraan bermotor, dan pelonggaran LTV 100 persen untuk sektor real estate diperkirakan turut mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Di sisi lain, beberapa hal yang berpotensi menahan laju inflasi antara lain masih terbatasnya konsumsi dan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang masih berlanjut serta pasokan bahan pangan utama yang diperkirakan terkendali.
Sementara itu, pemerintah juga telah menetapkan bahwa subsidi listrik masih berlanjut pada 2021 meskipun persentase subsidinya dikurangi. Sejak April 2021, subsidi listrik untuk tegangan 450 watt berkurang menjadi 50 persen, sedangkan untuk tegangan 900 watt menjadi 25 persen.
"Koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," ujar Samsun.