Senin 06 Dec 2021 16:15 WIB

Jokowi Minta Acara Berkumpul Saat Nataru Maksimal 50 Orang

Presiden Jokowi meminta agar kegiatan berkumpul saat Nataru maksimal 50 orang.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mas Alamil Huda
Presiden Joko Widodo meminta agar berbagai kegiatan berkumpul saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru) dibatasi maksimal 50 orang.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo meminta agar berbagai kegiatan berkumpul saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru) dibatasi maksimal 50 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar berbagai kegiatan berkumpul saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru) dibatasi maksimal 50 orang. Hal ini disampaikan Jokowi saat memimpin rapat terbatas, Senin (6/12).

"Bapak Presiden juga memberikan arahan bahwa kegiatan-kegiatan yang berkumpul itu untuk berbagai kegiatan maksimal 50 orang. Jadi seluruh kegiatan pada saat Nataru nanti dibatasi maksimal 50 orang," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto saat konferensi pers secara daring, Senin (6/12).

Baca Juga

Airlangga mengatakan, pembatasan jumlah kegiatan berkumpul pada saat Nataru ini nantinya akan diikuti aturan khusus melalui instruksi menteri dalam negeri (inmendagri). Airlangga mengatakan, inmendagri akan mengatur secara rinci pembatasan kegiatan di area publik seperti mal dan restoran.

Selain itu, kegiatan saat Nataru juga akan mengikuti kepada level yang disesuaikan sesuai dengan WHO. "Kegiatannya akan dirinci jadi kegiatan maksimal di mal, kemudian untuk restoran maksimal 75 persen dan di berbagai kegiatan 70 persen, namun ada pembatasan jumlahnya yang dimaksimalkan menjadi 50 orang," ungkapnya.

Selain itu, Airlangga menyebut masyarakat yang boleh melakukan travelling hanya mereka yang sudah divaksin. "Artinya yang tidak divaksin atau belum divaksin tidak (boleh) melakukan travelling," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement