REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah 'batuk' dan meluncurkan tiga kali awan panas guguran, Senin (6/12) sore. Jarak luncur awan panas guguran itu, masing-masing sejauh 1,8 kilometer ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menjelaskan, awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 16.09 WIB ke arah barat daya. "Tercatat di seismogram dengan amplitudo 12 mm dan durasi maksimum 163 detik," kata dia.
Selanjutnya, awan panas guguran kedua terpantau meluncur pada pukul 16.44 WIB ke arah Kali Bebeng, amplitudo maksimum 14 mm, serta durasi 160 detik. Awan panas guguran kembali terpantau keluar dari Gunung Merapi pada pukul 17.24 WIB ke arah Kali Bebeng dengan amplitudo maksimum 19 mm, serta durasi 163 detik.
Hanik mengatakan, saat awan panas keluar dari Merapi angin di gunung itu tercatat berembus ke arah timur. Menurut dia, kemungkinan terjadi awan panas guguran itu meningkat pasca-hujan di sekitar puncak gunung.
Berdasarkan data BPPTKG, hujan yang mengguyur puncak Gunung Merapi sejak pukul 14.49 WIB tercatat memiliki total curah hujan 25 mm. "Untuk itu, masyarakat agar tetap waspada terhadap ancaman bahaya lahar dan awanpanas guguran," kata dia.
Berdasarkan laporan pengamatan Merapi mulai pukul 12.00 WIB sampai 18.00 WIB, ujar Hanik, BPPTKG juga mencatat sembilan kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya. Hingga saat ini, status aktivitas vulkanik Gunung Merapi berada pada level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Saat terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi diperkirakan dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.