REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rangkaian pertemuan G20 telah dimulai Selasa (7/12) pagi ini selama dua hari hingga Rabu (8/12). Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membuka pertemuan jalur Sherpa (Sherpa Track) G20 yang dilakukan secara hibrida atau campuran antara kehadiran fisik dan virtual.
"Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama G20 di bawah keketuaan Indonesia yang berfokus membahas mengenai mekanisme kerja ke depan dan mulai membahas arah agenda G20 setahun ke depan," ujar Retno dalam press briefing media secara virtual, Selasa.
Dalam pembukaannya pada pertemuan Sherpa, Retno menyampaikan ekspektasi dunia terhadap G20 sangat besar agar dapat memimpin pemulihan global dan menghasilkan solusi yang konkret. Sejak awal keketuaan Indonesia pun Presiden Joko Widodo selalu menekankan pentingnya kerja G20 yang membawa manfaat bagi semua.
"Kerja G20 harus down to earth. Dengan demikian G20 tidak memiliki alternatif kecuali mengambil tanggung jawab agar dapat menghasilkan deliverable yang konkret untuk menjawab tantangan global dari pandemi, lingkungan sampai ke isu pencapain SDGs," ujar Retno.
"G20 harus menjadi katalis bagi pemulihan global yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan," ujarnya melanjutkan.
Retno juga menyampaikan tiga prioritas RI untuk membangun jalannya G20 yakni membangun arsitektur kesehatan dunia yang lebih kuat, transisi energi, dan transformasi digital. "Saya mengharapkan agar Sherpa G20 dapat menghasilkan arah yang jelas, mentransformasi tantangan menjadi kesempatan dan kemudian tentunya semua rekomendasi ini disampaikan kepada pemimpin G20," ujar Retno.
G20 yang diketuai Indonesia selama satu tahun ke depan akan terdiri dari dua jalur pembahasan isu hingga pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Dua jalur tersebut adalah Financial Track dan Sherpa Track.
Financial Track terdiri dari Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral seluruh anggota G20 yang secara khusus membahas isu-isu mengenai sektor finansial. Sedangkan Sherpa Track membahas agenda dan isu di luar finansial. Sherpa Track mempersiapkan berbagai dokumen yang akan dibahas di KTT.
"Jadi pertemuan ini sangat penting karena akan menjadi tumpuan untuk mekanisme kerja atau cara kerja dari keketuaan Indonesia selama satu tahun ini," ujar Retno.
Karena pentingnya Sherpa Track, Indonesia memperkenalkan metode diskusi Sofa Talks. Metode ini akan memungkinkan para sherpa dari beberapa negara berbicara secara lebih terbuka sehingga memudahkan kerja setahun ke depan.
Pertemuan Sherpa dua hari ini dihadiri oleh 38 delegasi yang terdiri dari 19 anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Sebanyak 23 delegasi hadir secara fisik sementara sisanya hadir secara virtual.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah G20, Indonesia memiliki inisiatif untuk mengundang negara pulau kecil dari Pasifik dan Karibia di samping negara berkembang lain dari negara Afrika, ASEAN, dan Amerika Latin. Sebab salah satu misi keketuaan Indonesia di G20 adalah merangkul negara-negara berkembang untuk pulih bersama dari pandemi.
Selain itu Indonesia juga mengundang sejumlah organisasi internasional seperti IMF, ILO, ADP, WHO, World Bank, WTO. Secara khusus, Indonesia juga mengundang Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang hadir secara virtual, sementara Managing Director World Bank Mari Pangestu hadir secara fisik.