Warga Sekitar Merapi Diimbau Waspada Bencana
Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Bilal Ramadhan
Warga menyaksikan truk yang terjebak lahar hujan di aliran sungai Senowo kawasan lereng Gunung Merapi Dusun Trono, Krinjing, Dukun, Magelang, Jateng, Kamis (2/12/2021). Hujan lebat pada Rabu (1/12/2021) mengakibatkan banjir lahar hujan di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi yang menyebabkan empat truk terjebak dan sejumlah fasilitas proyek pembangunan Sabo Dam rusak. | Foto: ANTARA/Anis Efizudin/foc.
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Perkembangan terkini aktivitas vulkanik gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus dipantau. Di satu sisi warga Jawa Tengah dan DIY yang berada di lereng gunung Merapi juga harus waspada.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, kewaspadaan tersebut bukan karena erupsi gunung Semeru di Jawa Timur. Selama ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah juga terus memantau perkembangan Merapi.
Karena sampai saat ini aktivitas gunung Merapi juga masih belum stabil. "Erupsi kecil serta guguran lava yang mulai terpantau sejak 4 Januari 2021 lalu juga masih terus berlangsung," kata Ganjar.
Untuk itu, Ganjar meminta seluruh masyarakat yang ada di lereng Merapi tidak boleh lengah dan terus mewaspadai kemungkinan yang bisa terjadi. Bahkan ia juga meminta semuanya siaga jika aktivitas vulkanik gunung Merapi meningkat.
Berdasarkan data BPPTKG, pertumbuhan kubah lava di gunung Merapi masih terus terjadi. Guguran awan panas juga masih berlangsung secara sporadis akibat akumulasi tekanan magma dari dalam masih berlanjut.
"Erupsi di Gunung Merapi belum akan berakhir. Maka saya minta semuanya siaga khususnya di Jawa Tengah maupun DIY yang berada di zona Kawasan Rawan Bencana (KRB), seperti Sleman, Magelang, Klaten serta sebagian Boyolali," tegasnya.
Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas, masih lanjut Ganjar, berada di sektor Selatan dan Barat Daya. Sejauh ini Jawa Tengah juga sudah melakukan identifikasi zona bahaya guguran lava dan awan panas tersebut.
Wilayah yang masuk zona rawan tersebut meliputi daerah di sekitar Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Putih, Gendol dan Sungai Woro. Berdasarkan prediksi jarak luncur guguran tetsebut bisa mencapai 3 sampai 5 kilometer.
Maka di wilayah-wilayah zona tersebut diminta siaga dan seluruh kepala desa tokoh agama, tokoh masyarakat dan sejumlah komunitas relawan Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) semuanya juga telah diminta untuk siaga.
Diharapkan ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, peluit tanda bahaya langsung ditiup dan informasi diberikan secepat mungkin agar semua bisa segera meninggalkan zona bahaya tersebut. "Jangan ambil resiko dan belajar betul dari Semeru," tegasnya.
Masih terkait kewaspadaan terhadap bahaya Merapi, orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini juga meminta agar aktivitas penambangan di lereng Merapi juga dihentikan. Terutama di sungai-sungai yang masuk dalam pemetaan zona rawan.
Sebab, dengan curah hujan yang sangat tinggi ini, potensi bahaya lahar pada semua sungai yang berhulu di Merapi kian membahayakan. "Saya minta anda semua 'minggir' dulu dan kami sudah berkoordinasi dengan Kapolda Jawa Tengah untuk menertibkan yang bandel," tegas Ganjar.
Mulai hari ini saya peringatkan, di tengah kondisi curah hujan makin tinggi, maka yang di sekitar Merapi khususnya aliran-aliran sungai tolong berhenti menambang, karena situasinya sudah membahahakan keselamatan," tegasnya.
Apalagi sudah ada kejadian banjir lahar dingin yang memakan korban di Merapi, sehingga semua jangan mengabaikan faktor-faktor keselamatan. "Ini peringatan saya untuk ke sekian kali, setelah ini kami akan menggelar operasi untuk menertibkan," ujar dia.