Selasa 07 Dec 2021 16:50 WIB

BSI Siapkan Cara Kelola Kelebihan Likuiditas

Tren dana murah di BSI tumbuh positif 11,57 persen di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pegawai melayani nasabah di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta. Tren pertumbuhan dana murah berupa tabungan masyarakat di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tumbuh positif sekitar 11,57 persen di tengah pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Pegawai melayani nasabah di Kantor Cabang Digital Bank Syariah Indonesia (BSI) Thamrin, Jakarta. Tren pertumbuhan dana murah berupa tabungan masyarakat di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tumbuh positif sekitar 11,57 persen di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren pertumbuhan dana murah berupa tabungan masyarakat di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tumbuh positif sekitar 11,57 persen di tengah pandemi Covid-19. Ini menempatkan BSI berada di peringkat lima besar perbankan nasional dari sisi tabungan.

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan kini perbankan sedang mengalami kelebihan likuiditas, termasuk BSI. Ia menyampaikan sedang menyiapkan berbagai strategi dan rencana untuk mengelola kelebihan likuiditas itu.

Baca Juga

"Ada tantangan kita untuk mengelola excess likuditas hampir Rp 70 triliun sekarang yang kebetulan didominasi oleh tabungan," katanya dalam 'BSI Market Outlook 2022: Winning The Post-Pandemic Economy', Selasa (7/12).

Hal ini menyebabkan cost of fund BSI bisa sangat kompetitif dan menawarkan pembiayaan-pembiayaan yang murah. Hingga kuartal III tahun 2021, BSI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11,57 persen (yoy) menjadi Rp 91,43 triliun.

Adapun penghimpunan dana Tabungan Wadiah BSI mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi yakni sekitar 16,22 persen (yoy) atau mencapai Rp 30,35 triliun. Pertumbuhan dana murah berupa tabungan yang positif tersebut menjadi indikator bahwa masyarakat semakin percaya atas layanan jasa keuangan BSI.

Ade mengatakan, penghimpunan tabungan BSI berada di posisi nomor lima di bawah BRI, Mandiri, BCA, BNI, dan BTN. Menurutnya, ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada BSI yang semakin meningkat.

Dengan pencapaian itu, Cahyo berkomitmen dan optimistis bahwa pihaknya dapat berkinerja lebih baik di masa depan. Dari survei yang dilakukan BSI, sebanyak 43 persen masyarakat Indonesia bersedia menggunakan jasa layanan perbankan bank syariah.

Namun, saat ini baru sekitar tujuh persen saja yang baru tergarap. Hal tersebut karena pelayanan dan produk bank syariah yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan dari masyarakat.

"Bukan salah demand atau pasarnya, tapi sisi kami suplainya yang belum bisa memenuhi kebutuhan mereka, jadi mereka masih berbank konvensional," kata Cahyo.

Namun demikian, optimisme kini semakin meningkat karena perbankan syariah terus berbenah diri dan meningkatkan pelayanan. Selain itu, bank syariah dengan keunikannya yang tidak hanya menawarkan jasa dari sisi bisnis, tapi juga mengajak pada menunaikan kebaikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement