Kebutaan Joko Santoso Didiagnosis Akibat Radang Saraf Mata

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq

Tim dokter RSUD Saiful Anwar, Dinas Kesehatan dan Pokja KIPI Kota Malang memberikan keterangan pers mengenai kasus kebutaan yang dialami salah satu warga di Kota Malang, Selasa (7/12).
Tim dokter RSUD Saiful Anwar, Dinas Kesehatan dan Pokja KIPI Kota Malang memberikan keterangan pers mengenai kasus kebutaan yang dialami salah satu warga di Kota Malang, Selasa (7/12). | Foto: Wilda Fizriyani

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- RSUD Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur, telah melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap warga Kota Malang yang mengalami kebutaan bernama Joko Santoso. Keluarga pasien sebelumnya mengklaim penglihatan Joko hilang setelah mendapatkan vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca.

Mengenai hal tersebut, Kepala Bidang Pelayanan Medik RSSA, Widodo Mardi Santoso mengaku, pasien Joko Santoso memang sempat dirawat inap selama sembilan hari di RSSA. Pasien dipulangkan kembali ke rumah lalu menjalani rawat jalan. "Beliau sudah rawat jalan sebanyak sembilan kali," kata Widodo saat ditemui wartawan di RSSA Malang, Selasa (7/12).

Dokter Spesialis Mata di RSSA, Wino Vrieda menjelaskan, pasien datang ke RS dengan keluhan penglihatan hilang secara total. Pihaknya langsung melakukan pemeriksaan secara lengkap termasuk saraf mata dan pembuluh darahnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien didiagnosis mengalami peradangan pada saraf mata atau biasa disebut neuritis optik.

Setelah didiagnosis, pasien menjalani rawat inap selama beberapa hari untuk menjalani terapi dari tim dokter. Pada perkembangannya, pasien menunjukkan adanya perbaikan penglihatan pada hari keempat. Pasien Joko Santoso sudah mulai bisa melihat bayang-bayang dan terus mengalami perbaikan penglihatan.

Pasien dipulangkan setelah menjalani perawatan selama sembilan hari di RS. Selanjutnya, yang bersangkutan mendapatkan terapi obat dan evaluasi secara rutin berkala di Poli Mata dan juga Poli Neurologi RSSA.

Pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam menjalani perawatan selama tiga bulan. Menurut Wino, pasien hampir setiap satu dua pekan menjalani perawatan ke Poli Mata dan Neurologi. "Hasil pemulihan penglihatan oleh pasien kami harapkan ada evaluasi secara rutin berkala untuk bisa mempertahankan kondisi yg telah membaik," jelas perempuan berhijab ini.

Sementara itu, Dokter Spesialis Saraf di RSSA, Rodhian Rakhmatiar menegaskan, diagnosa yang diterima pasien sudah melalui berbagai tahap pemeriksaan. Tak terkecuali pemeriksaaan terhadap ada atau tidaknya penyumbatan dan pembekuan darah di saraf otak atau mata pasien.

Hasilnya, tim dokter tidak menemukan tanda-tanda itu pada pembuluh darah otak yang mengarah ke mata.  "Akhirnya dari tim kita sepakat bukan suatu kasus penyumbatan, tapi lebih pada kasus peradangan pada saraf mata, seperti yang disampaikan oleh dokter," ucap dia.

Ketua Pokja KIPI Kota Malang, Ariyani mengatakan, pihaknya telah menerima informasi lengkap terkait kasus yang dialami Joko Santoso. Tenaga kesehatan dan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya sehingga kondisi pasien membaik. Selanjutnya, pihaknya akan terus mengawal kasus ini agar kesehatan mata pasien bisa terus diperbaiki.

Sebelumnya, Joko Santoso bercerita bahwa dia mendapatkan vaksin AstraZeneca dosis pertama pada 3 September. Partisipasinya dalam mengikuti kegiatan ini tidak lepas dari kewajibannya sebagai warga negara yang baik. "Saya nurut, vaksin di rumahnya Pak RW itu tanggal 3 September," kata Joko saat ditemui wartawan di wilayah Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang, Kamis (2/12).

Tiba di tempat vaksin, Joko langsung melakukan skrining dan seluruhnya dianggap normal. Proses vaksinasi berjalan lancar sampai akhirnya dia kembali ke rumah. Di kediamannya, Joko mulai merasa mual dan muntah sebanyak dua kali.

Merasa tidak sehat, Joko langsung menghubungi istrinya yang sedang bekerja. Dia pun diminta untuk mengonsumsi vitamin C lalu dia pun tertidur. Kemudian sekitar pukul 22.00 WIB, Joko merasakan matanya mulai kabur saat sedang memainkan ponsel.

Awalnya, Joko mengira kekaburan pada matanya akibat rasa kantuk. Dia pun tertidur lalu terbangun pada keesokan harinya. "Sabtu paginya gelap gulita itu. Laporan ke Pak RW dibawa ke RS Refa Husada, dari Refa Husada dirujuk ke RSU sampai sekarang," jelasnya.

Kebutaan yang dialami kedua matanya berlangsung sekitar tiga hari. Setelah itu, tubuhnya lemas seperti terkena penyakit stroke. Dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya selain tangan dan kepala.

Akibat kebutaannya tersebut, Joko pun terpaksa meninggalkan pekerjaannya. Saat itu, dia sedang bekerja sebagai kuli di wilayah Karangploso, Kabupaten Malang. "Kerjanya ditinggal sampai sekarang," ungkapnya.

Untuk saat ini, Joko mengaku, penglihatan matanya sudah berangsur baik hingga 75 persen. Setidaknya dia sudah bisa melihat meskipun hanya warna hitam putih. Hal terpenting, dia sudah bisa jalan sendiri dan mengasuh anaknya.

Terkait


Lama Dicari, Bos Pencuri Jawa Timur Tewas Didor Polisi

Purnawirawan Harus Bersatu

Pelatih Optimistis Simon Santoso Tembus Semifinal Kejuaraan Dunia

Jenderal Ini Tidak Rela Perempuan Indonesia Jadi Pembantu

PLTU Suralaya Meledak, Aliran Listrik Jawa-Bali Aman

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark