REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin cepat kekebalan kelompok (herd immunity) terbentuk, maka semakin kecil peluang virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bermutasi. Hal tersebut disampaikan peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amin Soebandrio.
"Semakin banyak orang yang memiliki kekebalan (herd immunity), semakin kecil kesempatan virus menular," kata Amin di Jakarta, Selasa (7/12).
Amin mengatakan, virus bermutasi karena bereplikasi atau terjadi ketika virus bertambah banyak di tubuh host (manusia) sebagai cara untuk bertahan hidup. Mutasi terjadi ketika virus membuat salinan baru materi genetiknya saat virus bereplikasi memperbanyak diri.
Jika virus diberi kesempatan bereplikasi, kesempatan mutasi akan meningkat. Replikasi akan terjadi apabila virus berhasil masuk ke dalam sel baru. Ketika virus berhasil menginfeksi host baru (manusia) maka virus mempunyai kesempatan untuk bertambah banyak atau bereplikasi. Secara prinsip, jika bisa mencegah virus itu menemukan host baru maka mutasi bisa diperlambat.
Cara mencegah virus masuk ke host baru adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Peningkatan kekebalan itu bisa dicapai dengan vaksinasi dan juga diperoleh setelah infeksi alami atau mendapatkan pengobatan Covid-19.
"Semakin banyak orang mempunyai kekebalan, itulah terjadi herd immunity," ujar Amin.
Oleh karenanya, vaksinasi harus semakin ditingkatkan ke seluruh masyarakat Indonesia untuk semakin memperluas kekebalan tubuh yang terbentuk di masyarakat sehingga mencegah virus menginfeksi host baru, bereplikasi di tubuh manusia dan bermutasi. Kekebalan di tengah masyarakat juga dibantu dengan situasi di mana orang mengalami infeksi alami, utamanya pada orang tanpa gejala (OTG) atau yang tidak tampak mengalami sakit.
"Semakin banyak orang yang kebal artinya dengan tercapainya herd immunity maka si virus tidak mudah masuk ke orang lain dan tidak mudah menginfeksi," ujar Amin.