REPUBLIKA.CO.ID, —Saat masih berusia anak-anak, pemilik nama lengkap Achmad Sugiarto, sudah memiliki kepekaan terhadap dunia sekitarnya. Ia meyakini, alam semesta pasti diciptakan oleh Tuhan.
Dan, untuk menyembah kepada-Nya seseorang perlu mengikuti agama. Waktu itu, ia mengira bahwa Tuhan haruslah zat yang empiris. Dalam arti, Tuhan harus bisa dilihat oleh mata manusia.
Seperti umumnya anak-anak, Koh Asen, begitu akrab disapa pun memilik banyak teman. Mereka berasal dari macam-macam kalangan. Tidak sedikit pula yang beragama Islam.
Bahkan, Asen kecil mendapatkan pendidikan di sebuah sekolah Islam. Bila dibandingkan dengan kawan-kawan sebaya, dirinya terlambat mendaftar sekolah. Ia mulai belajar di lembaga tersebut saat usianya 11 tahun. Bagaimanapun, ketertinggalan itu tidak begitu dirisaukannya.
Yang penting, terus belajar dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, ia pun selalu berusaha menjadi pribadi yang ramah sehingga punya banyak kawan. Dalam berteman, Asen tidak pernah membeda-bedakan agama atau kesukuan.
“Orang tua saya (beragama) Konghucu. Saya dan kakak-kakak saya diajarkan agama Buddha di sekolah. Dan, setiap akhir pekan saya sering diajak beberapa teman saya ke gereja, ujar lelaki yang kini berusia 59 tahun itu,” seperti dinukil Republika dari saluran Youtube milik pengurus Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Firdaus Sanusi, baru-baru ini.
Asen kecil tertarik pada pengetahuan akan agama-agama. Waktu itu, ia sudah banyak membaca tentang ajaran di luar kepercayaan yang dipeluk kedua orang tuanya.
Namun, Islam belum begitu menarik perhatiannya. Pasalnya, Islam tidak seperti agama-agama lain. Islam mengajarkan, Tuhan adalah Allah. Dalam beribadah, seorang Muslim tidak menghadap pada patung atau benda-berwujud-manusia apa pun.
Selain itu, tempat ibadah kaum Muslimin tidak pernah dihiasi gambar-gambar manusia. Bagi Asen saat itu, Islam adalah agama yang aneh. Dalam arti, berbeda dengan kebanyakan agama lain. Ketika seorang Muslim beribadah, tidak ada wujud empiris Tuhan yang disembahnya itu.
Buku Islam
Di sekolah, Asen tidak bisa menghindar dari simbol-simbol keislaman. Sebab, lembaga tempatnya menuntut ilmu itu memang tampil sebagai sebuah sekolah Islam.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Babi Haram Dikonsumsi Menurut Islam
Di dinding bangunan sekolah, kerap ada guratan kaligrafi Arab. Karena penasaran, Asen pun mencoba-coba belajar membaca huruf Arab.
Ternyata, ia mahir juga...