REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mimpi bertemu Rasulullah ﷺ banyak dibahas di sejumlah literatur klasik dan masa kini. Di antara pembahasannya adalah seputar hukum mimpi itu sendiri.
Dalam haditsnya, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي اليَقَظَةِ، وَلاَ يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِي
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka ia akan bertemu denganku dalam keadaan terjaga dan setan tidak dapat menyerupaiku.” (HR Bukhari).
Menurut Syekh Hasan Muhammad Syaddad, hadits di atas menegaskan jika seseorang bermimpi bertemu Rasulullah, maka mimpinya adalah benar, bukan mimpi yang berdasar pada khayalan atau dari rekayasa setan.
Dalam kitab Kaifiyah al-Wushul li Ru’yati Sayyidina ar-Rasul, Syekh Hasan menjelaskan sebagai berikut:
ومعنى الأحاديث أنّ رؤياه صلّى الله عليه وآله وسلّم صحيحة وليست بأضغاث أحلام ولا من تشبيهات الشيطان
“Makna hadits di atas: sesungguhnya mimpi bertemu Nabi adalah mimpi yang benar, bukan mimpi yang sia-sia dan juga bukan hasil penyerupaan setan.” (Syekh Hasan Muhammad Syaddad, Kaifiyah al-Wushul li Ru’yati Sayyidina ar-Rasul, hal. 21)
“Maka dapat disimpulkan bahwa orang yang bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ tidak dapat disepelekan, karena mimpinya adalah mimpi yang benar secara syara’,” jelas anggota Dewan Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, M Ali Zainal Abidin, yang dikutip Republika.coid, Selasa (7/12).
Meski begitu, menurut sebagian ulama, orang yang bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ akan dihadapkan dengan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keistiqamahannya dalam menjalankan syariat.
Semakin seseorang istiqamah dalam menjalankan kewajiban dan sunnah, maka semakin jelas rupa Rasululah ﷺ dalam mimpinya. Sebaliknya, jika tingkat keistiqamahannya rendah, maka semakin ‘abstrak’ rupa Rasulullah ﷺ dalam mimpinya.
اعلم أنّ من وفقه الله تعالى وأكرمه برؤية رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم فإنّه قد يراه على أشكال كثيرة. وهذا يعود إلى أحوال الرائي لتغير حاله فى الإستقامة وفى مخافة الله وبأداء الفرائض على الوجه الصحيح. وكلّما حسنت أفعال الرائي حسنت له صورته له. قد يراه صلى الله عليه وسلم كما هو موصوف فى الشمائل – قد يراه البعض بنقصان بعض شمائله الشريفة. وهذا راجع إلى أحوال الرائي لتغير أحواله فى الإستقامة. فإنّه صلّى الله عليه وسلم كالمرآة
“Ketahuilah bahwa orang yang diberi pertolongan dan kemuliaan oleh Allah ﷻ dengan mampu melihat Nabi Muhammad ﷺ (dalam mimpi) maka ia akan melihat Nabi dalam bentuk yang banyak. Perbedaan bentuk ini berdasarkan keadaan orang yang bermimpi dalam keistiqamahan, rasa takut kepada Allah ﷻ, dan kesesuaian pelaksanaan kefardhuannya dengan tuntunan yang benar.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Babi Haram Dikonsumsi Menurut Islam
Semakin baik perbuatan orang yang bermimpi, semakin baik pula bentuk Nabi Muhammad ﷺ yang tampak pada dirinya. Terkadang seseorang melihat Nabi Muhammad ﷺ dalam mimpinya sama seperti yang disifati dalam syama’il (kepribadian Nabi) namun terkadang pula sebagian orang melihat Nabi Muhammad ﷺ dalam mimpinya dengan keadaan kurangnya sebagian syamail Nabi yang mulia.
Hal ini kembali pada tingkah laku ...