REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menuding Prancis telah menggoyahkan stabilitas kawasan negara-negara Teluk melalui penjualan senjata. Iran melontarkan tudingan tersebut setelah Prancis menandatangani kontrak multi-miliar dolar dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk penjualan 80 jet tempur Rafale.
"Kita tidak boleh mengabaikan peran Prancis dalam mengacaukan kawasan itu. Kami berharap Prancis lebih bertanggung jawab. Militerisasi wilayah kami tidak dapat diterima dan senjata yang mereka jual di kawasan itu adalah sumber kekacauan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dilansir Middle East Monitor, Rabu (8/12).
Pada Jumat (3/12), Prancis mengumumkan penandatanganan kontrak senilai 19,20 miliar dolar AS dengan UEA untuk penjualan 80 pesawat tempur Rafale dan 12 helikopter angkut militer Caracal. Khatibzadeh mengatakan penjualan senjata oleh Barat ke negara-negara Arab tidak menimbulkan kekhawatiran global. Sementara program rudal Iran diserbu kutukan oleh dunia internasional.
"Penjualan senjata bernilai miliaran dolar ke negara-negara Arab tidak memicu kekhawatiran global, sementara program rudal Iran dikutuk oleh kekuatan dunia," ujar Khatibzadeh.
Khatibzadeh membuat pernyataan tersebut bertepatan dengan kunjungan Penasihat Keamanan Nasional UEA Sheikh Tahnoun Bin Zayed Al-Nahyan ke Teheran. Kunjungan tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan hubungan dengan Iran yang menurun lima tahun lalu.