REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Setelah selama enam tahun mengalami pertumbuhan, penjualan senjata yang dilakukan 100 produsen top dunia mencapai nilai USD531 miliar pada 2020. Dari total angka, perusahaan-perusahaan asal AS mendominasi 54 persen di antaranya, sebut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) pada Senin.
Penjualan senjata dan layanan militer oleh 100 perusahaan industri terbesar meningkat 1,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, lapor SISPRI. Sebanyak 41 perusahaan senjata di AS membukukan nilai USD285 miliar dengan kenaikan 1,9 persen tahun-ke-tahun.
Sejak 2018, lima perusahaan teratas dalam peringkat semuanya berbasis di AS, SISPRI menekankan. Lima perusahaan China berkontribusi sebanyak 13 persen dari total penjualan senjata, naik 1,5 persen menjadi USD66,8 miliar pada periode yang sama.
Perusahaan-perusahaan Inggris merupakan negara terbesar ketiga tahun ini yang menyumbang USD37,5 miliar penjualan senjata pada tahun 2020, naik 6,2 persen dibandingkan 2019. Sementara penjualan senjata perusahaan Rusia turun 6,5 persen secara tahunan, atau mencapai USD26,4 miliar tahun lalu.
“Ini menandai kelanjutan dari tren penurunan yang diamati sejak 2017, ketika penjualan senjata oleh perusahaan Rusia di Top 100 cukup tinggi saat itu,” tulis SISPRI.
Sementara itu, Aselsan adalah satu-satunya perusahaan industri pertahanan Turki, berada di peringkat ke-51, dalam 100 besar perusahaan yang melakukan perdagangan senjata. Aselsan membukukan penjualan senjata senilai USD2,2 miliar pada tahun 2020, melonjak 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.