Rabu 08 Dec 2021 16:04 WIB

'Ayo ke Museum di Solo'

Dari 18 museum yang ada di Solo, tidak semuanya dalam kondisi ideal.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Bilal Ramadhan
Peserta mengamati koleksi Museum Lokananta saat peluncuran Gerakan Wajib Kunjung Museum di Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/12/2021). Gerakan tersebut untuk mempromosikan keberadaan 18 museum yang ada di Kota Solo guna meningkatkan kunjungan wisatawan.
Foto: Antara/Maulana Surya
Peserta mengamati koleksi Museum Lokananta saat peluncuran Gerakan Wajib Kunjung Museum di Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/12/2021). Gerakan tersebut untuk mempromosikan keberadaan 18 museum yang ada di Kota Solo guna meningkatkan kunjungan wisatawan.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah siswa terlihat menyimak penjelasan salah satu pemandu tentang koleksi di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/12). Mereka mengenakan kaus warna kuning bertuliskan Aku Cinta Museum. Di ruang sebelahnya, rombongan siswa lainnya tengah asyik memotret benda-benda koleksi yang rata-rata berusia lebih dari 100 tahun tersebut.

Lebih dari setahun, Museum Radya Pustaka tak seramai itu. Pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun melanda negara-negara di dunia menyebabkan pemerintah daerah menutup objek wisata termasuk museum.

Baca Juga

Kini, setelah kasus penyebaran Covid-19 melandai, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memperbolehkan museum menerima kunjungan. Salah satu siswa, Bayu Oktaviano (14), mengaku baru pertama kali mengunjungi Museum Radya Pustaka. Sebelumnya, dia pernah mengunjungi Museum Kars Indonesia di Kabupaten Wonogiri.

Siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Solo itu mengaku kagum dengan koleksi yang dimiliki Museum Radya Pustaka. Dia juga tertarik untuk mengunjungi museum lainnya di Solo, terutama Museum Keris Nusantara.

"Di sini banyak koleksi-koleksi zaman dulu, ada keris, wayang, macam-macam. Bisa menambah pengetahuan lebih banyak," ucap Bayu.

Bayu bersama 59 siswa lainnya mengikuti kegiatan tur museum dalam rangka peluncuran Gerakan Wajib Kunjung Museum yang diluncurkan Pemkot Solo di area Museum Radya Pustaka, Selasa.

Mereka akan mengunjungi sejumlah museum lain di Kota Solo. Di antaranya, Museum Radya Pustaka, Museum Keris Nusantara, Museum RRI, Museum BI, Tumurun Private Museum, Museum Samanhudi, dan Lokananta.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Solo, Agus Santoso, mengatakan, Gerakan Wajib Kunjung Museum tersebut merupakan inisiasi untuk para siswa atau pelajar warga Kota Solo sebelum berwisata ke luar kota minimal berkunjung ke museum dahulu.

Ada 18 museum milik Pemkot Solo maupun swasta yang bisa dikunjungi. Dengan mengunjungi museum, para siswa bisa belajar dari sejarah dan peninggalannya untuk meningkatkan pengetahuan.

"Karena museum ini menjadi gudang ilmu. Anak-anak bisa belajar disini terkait dengan budi pekerti, kreasi dan sebagainya," kata Agus kepada wartawan di sela-sela kegiatan tersebut.

Agus menyatakan, sudah saatnya pemerintah dan para pemangku kepentingan bersama–sama mengembangkan wisata sejarah khususnya museum. Sehingga genererasi penerus mengenal sejarah bangsanya.

"Sementara ini museum di Solo malah sedikit yang berkunjung dari warga Solo. Tapi kami berusaha ke depan ada kewajiban. Kita lebih cinta pada museum yang kita miliki di Kota Solo. Nantinya ada edaran untuk sekolah agar berwisata ke museum," papar Agus.

Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan Kota Solo, Luthfi Khamid, mengatakan, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat dan PPKM level 3, museum tidak dibuka sama sekali sesuai dengan Surat Edaran (SE) Wali Kota Solo.

Sehingga, kegiatan di museum hanya merawat koleksi dan kajian-kajian koleksi. Sedangkan kegiatan yang sifatnya mengundang publik tidak dilakukan.

"Ketiga PPKM level 2 awal Oktober itu diperbolehkan buka, baru kami buka. Pengunjung bisa masuk dengan pembatasan-pembatasan protokol kesehatan. Anak-anak SD kurang dari 12 tahun harus ada pendamping," ucap Luthfi.

Selama hampir dua bulan dibuka kembali, Luthfi menyebutkan tingkat kunjungan ke museum masih rendah. Dalam satu bulan hanya sekitar 300 pengunjung di satu museum. Artinya, dalam sehari jumlah pengunjung hanya 10-20 orang.

"Sepertinya belum menjadi tren dari masyarakat untuk berkunjung ke museum. Makanya kami membuat program-program," imbuh Luthfi.

UPT Museum punya beberapa program publik, antara lain, beperti belajar bersama di museum. Anak-anak diundang ke museum untuk belajar bersama, misalnya belajar membatik, belajar menggambar koleksi museum.

Lalu, ada jelajah bersepeda dari museum satu ke museum yang lain, serta seminar lokakarya yang mengundang pemangku kepentingan dan pelajar.

Sebagian program tersebut sudah berjalan sebelum pandemi Covid-19 lalu terhenti karena pandemi. Saat ini, Pemkot menggiatkan kembali program-program itu untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum.

Menurutnya, dari 18 museum yang ada di Solo, tidak semuanya dalam kondisi ideal. Ada beberapa yang sudah siap, ada yang baru rintisan, dan ada yang masih penataan. Dari jumlah itu, museum milik Pemkot hanya Museum Radya Pustaka dan Museum Keris.

18 museum yang berada di Kota Solo yakni Museum Radya Pustaka, Museum Keris Nusantara, Monumen Pers Nasional, Museum Lokananta, Museum Bank Indonesia, Museum RRI, Tumurun, Samanhudi, Batik Gunawan, Museum Batik Keris, Museum Lukis Dullah, Museum Astana Oentara Laya, Museum UNS, Museum Pura Mangkunegaran, Museum Danar Hadi, Museum Musik Kamsidi, Museum Samanhudi dan Museum Kraton Kasunanan Surakarta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement