REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Area Jalan Pasar Besar, Kota Malang memiliki banyak bangunan tua yang telah didirikan sejak zaman Belanda. Beberapa ada yang mempertahankan produk jualannya, tapi ada pula yang menggantinya.
Di salah satu titik wilayah Jalan Pasar Besar, terdapat toko yang cukup tua usia bangunannya. Gaya bangunan lawas begitu terasa, baik dari lantainya yang berwarna kuning, pintu dan desainnya. Bangunan ini sangat kecil sehingga hanya bisa menempatkan beberapa rak yang berisi sejumlah toples kue.
Toko yang dikenal dengan Toko Madjoe ini sudah lama menjual beragam kue kering. Pemilik toko menggunakan resep kue yang telah digunakan secara turun-temurun sejak zaman kolonial Belanda. Saat ini toko dikelola oleh generasi ketiga.
Cornelia mengatakan, bangunan usaha keluarganya sudah berdiri sejak 1930. Usianya hampir sama dengan bangunan toko Oen yang berada di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang. "Jadi ini bisa dikatakan toko kue tertua di Malang," ucap perempuan berusia 16 tahun ini kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Sejak awal berdiri, Toko Madjoe memang sudah fokus pada penjualan kue kering. Pada masa awal, varian kuenya lebih banyak dan juga menyediakan asam Jawa. Untuk saat ini, keluarga Cornelia lebih memilih menjual 25 jenis kue kering.
Kue yang dijual di Toko Madjoe murni berasal dari resep keluarganya. Tokonya tidak membeli kue dari toko-toko lainnya di Kota Malang. Hal yang terjadi justru orang lain yang membeli kue dari Toko Madjoe untuk kemudian diperjualbelikan lagi.
Menurut Cornelia, sebagian besar orang lebih sering membeli kue kuno seperti kranyes dan speculas. Namun ada juga yang membeli jenis kue semprit, belinjo, yanhagel dan sebagainya. "Jadi sesuai selera konsumen," jelasnya.
Jadwal pembuatan kue di Toko Madjoe sendiri sangat tidak menentu. Hal ini karena pemilik menyesuaikan stok kue yang tersedia. Jika kue habis total, maka keluarganya langsung membuat yang baru.
Cornelia memastikan kue-kue yang dijualnya bisa bertahan hingga dua bulan. Kondisi ini tidak lepas dari jenis toples yang digunakan di Toko Madjoe. Keluarganya menggunakan toples berbahan kaca dan ini sudah digunakan sejak zaman dulu.
Pemesanan kue kering di Toko Madjoe biasanya akan melonjak tinggi saat menjelang Natal dan Lebaran. Pada masa-masa tersebut, keluarga biasanya membuat kue hampir setiap hari. Menurut Cornelia, permintaan kue bisa melonjak hingga 50 persen pada saat menjelang Natal dan Lebaran.
Serupa dengan dunia usaha lainnya, Toko Madjoe juga sempat terdampak Covid-19. Namun efek yang diterimanya tidak terlalu besar karena keluarganya masih bisa berjualan. Yang berbeda hanya pada daya beli konsumen yang agak menurun dibandingkan sebelumnya.
Toko Madjoe bisa bertahan berkat pembeli yang sudah berlangganan sejak lama. "Biasanya kalau misal yang seumuran 20 hingga 30 tahun itu, mereka ceritanya dulu diajak mama atau nenek," ucapnya
Menurut Cornelia, ada nilai nostalgia yang didapatkan pada pelanggan. Selain rasa kue yang tidak berubah, desain toko yang bernuansa lawas juga memiliki nilai tersendiri. Apalagi tata rak dan toples yang digunakan tidak pernah berubah sejak awal berdiri.
Untuk bisa merasakan kue kering di Toko Madjoe, pembeli cukup mendatangi lokasi yang tidak jauh dari Pasar Besar maupun Alun-Alun Kota Malang. Harga kue yang dibanderol sekitar Rp 140 ribu sampai 250 ribu per kilogram. "Kalau untuk satu ons Rp 15 ribu, bisa campur kuenya," kata dia menambahkan.
Aura Awalia termasuk salah satu warga Kota Malang yang mendapatkan kesempatan untuk mencicipi kue di Toko Madjoe. Menurut dia, rasa yang disajikan kue kering di toko tersebut sangat enak. Ada sensasi berbeda dibandingkan kue lainnya karena rasanya tidak terlalu manis juga.