Material Semeru Masih Keluar, Warga Diminta tak Dekati Zona Merah
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Kondisi rumah warga yang rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru di Dusun Curah Kobokan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Dusun Curah Kobokan merupakan salah satu lokasi terparah terdampak awan panas guguran Gunung Semeru dan salah satu dusun terdekat dengan kawah Gunung Semeru | Foto: ANTARA/Zabur Karuru
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat sabar dan tidak mendekati zona merah erupsi Gunung Semeru. Pasalnya, hingga saat ini Gunung Semeru terpantau masih terus mengeluarkan material vulkanik. Khofifah pun meminta masyarakat beraktivitas dalam radius aman.
Ia meminta warga tidak mendekati arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Termasuk potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.
"Bagi masyarakat yang tidak berkepentingan agar jangan mendekati zona merah karena berbahaya. Apalagi kalau cuma untuk sekedar ber-selfie dan mengambil foto bencana. Lokasi bencana, bukan lokasi wisata," kata Khofifah di Surabaya, Rabu (8/12).
Khofifah mengingatkan masyarakat, jangan sampai demi eksistensi di media sosial justru mengabaikan keselamatan diri. Selain awan panas guguran Gunung Semeru yang masih berpotensi terjadi, tingginya curah hujan di kawasan Semeru juga dihawatirkannya menimbulkan banjir lahar dingin.
"Daripada ber-selfie ria di lokasi bencana baiknya berempati dengan menghimpun dan menyalurkan bantuan atau mendoakan para korban bencana yang sampai saat ini ada yang masih hilang belum diketemukan," ujarnya.
Khofifah mengatakan, Pemprov Jatim bersama Pemkab Lumajang, TNI-Polri, BNPB dan segenap relawan terus berupaya untuk memberikan pelayanan kepada para penyintas secara optimal. Terkait proses relokasi pemukiman warga terdampak, saat ini dalam proses identifikasi lokasi, yang semua opsinya terkonfirmasi milik Perhutani.
Berdasarkan data terkini Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 5.171 jiwa. Warga yang mengungsi ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang. Kemudian di Kabupaten Jember 94 orang, Kabupaten Malang 96 jiwa, dan Kabupaten Blitar 20 orang.
Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo dengan sembilan titik berjumlah 985 jiwa, Kecamatan Candipuro enam titik 1.733 jiwa, Kecamatan Pasirian empat titik 974 jiwa, Kecamatan Lumajang 199 jiwa, Kecamatan Tempeh 459 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 191 jiwa dan lainnya tersebar di tujuh kecamatan lain di Lumajang.
Data korban tercatat warga luka-luka 56 jiwa, hilang 13 jiwa, dan meninggal dunia 38 jiwa. Sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa. Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi. Selain dampak korban jiwa, APG mengakibatkan 2.970 unit rumah terdampak yang saat ini terus dilakukan pendataan.
Sementara fasum dan fasos yang terdampak saat ini tercatat 31 unit terdiri atas sarana pendidikan 24 unit, sarana ibadah lima unit, faskes satu unit, dan jembatan satu unit. Sedangkan tercatat 199 ekor hewan ternak juga mati akibat erupsi tersebut.