REPUBLIKA.CO.ID, Memimpin sebuah kota di Amerika Serikat (AS), bagi Deqa Dhalac (53 tahun), mungkin impian yang cukup mustahil terwujud. Dia adalah imigran asal Somalia dan seorang Muslim. Dengan dua predikat itu, Dhalac tentu harus hidup sebagai minoritas di Negeri Paman Sam.
Namun, pada Senin (6/12) lalu, dia resmi menjadi wali kota Portland Selatan. Ia warga kulit hitam pertama yang terpilih untuk memimpin kota kecil di Negara Bagian Maine tersebut. Kemenangannya dalam pemilu menjadi tonggak sejarah bagi komunitas imigran Somalia, tak hanya di Portland Selatan, tapi juga AS.
Dalam pidato pelantikannya, Dhalac berjanji tetap berpikiran terbuka sebagai wali kota. Dia siap mendengar semua saran atau kritik dengan pengertian, empati, serta kasih sayang. "Sehingga kita dapat melayani Portland Selatan bersama-sama," ucapnya, dikutip laman CNN.
Dhalac melarikan diri dari Somalia pada 1990, tepat sebelum negara itu dilanda perang saudara. Dia berimigrasi ke AS pada 1992. Kala itu, Dhalac mendorong sesama imigran memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi warga Negeri Paman Sam. Ia pun aktif meminta para imigran berpartisipasi dalam pemilu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Dhalac melihat banyak imigran Somalia dan negara lain berpartisipasi dalam pemilu untuk mengambil posisi kepemimpinan di Maine. Padahal, pada masa lalu, kalangan imigran lebih ragu untuk maju dan berkontestasi dalam pemilu. Mereka hanya fokus memenuhi kebutuhan keluarga.
"Saya pikir kami selalu agak takut untuk terlibat. Kami menunggu orang (lain) untuk melalukan sesuatu," kata Dhalac.
Pada 2018, Dhalac akhirnya memberanikan diri berpartisipasi dalam pemilu dewan kota Portland Selatan. Ia tahu, keputusannya mencalonkan diri mengejutkan sebagian orang. Hal itu mengingat 90 persen populasi Portland Selatan adalan kulit putih. Mayoritas dari mereka pun beragama Kristen.
Namun, hal itu tak membuatnya ragu. Salah satu faktor yang membuatnya bertekad maju dalam pemilu adalah komentar mantan presiden AS Donald Trump yang merendahkan imigran Somalia. Pada 2016, Dhalac sempat bergabung dalam demonstrasi mengecam pernyataan menghina Trump.
Tahun berikutnya, Dhalac juga berpartisipasi dalam protes supremasi kulit putih. Dia menarik perhatian massa saat berteriak, "Saya Muslim, wanita imigran kulit hitam, dan saya tidak akan pergi kemana-mana".