REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kekhawatiran atas potensi gagal bayar utang jutaan dolar dua perusahaan properti terbesar China semakin meningkat. Investor menanti kabar mengenai kepastian pembayaran bunga utang jatuh tempo oleh raksasa properti Evergrande.
Dilansir BBC, Kamis (9/12), Evergrande belum melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi. Perusahaan dalam waktu dekat harus melakukan pembayaran bunga sebesar 82,5 juta dolar AS atau sekitar Rp1,17 triliun.
Karena krisis utang ini, saham Evergrande pun ditutup pada rekor terendah baru pada perdagangan Rabu setelah jatuh 5,5 persen. Jika Evergrande gagal melakukan pembayaran tepat waktu, ini akan menjadi momen kegagalan terbesar di industri pengembang properti.
Kondisi ini juga dapat memicu terjadinya cross default pada obligasi internasional Evergeande dengan nilai sekitar 19 miliar dolar AS. Krisis ini pun menempatkan Evergrande sebagai perusahaan gagal bayar terbesar di China.
Kekhawatiran tentang masa depan Evergrande dan dampak potensi keruntuhannya telah membayangi ekonomi terbesar kedua di dunia itu selama berbulan-bulan.
Risiko gagal bayar juga membayani pengembang properti Kaisa. Kaisa adalah pemegang utang luar negeri terbesar China setelah Evergrande. Perdagagan saham Kaisa pun langsung ditangguhkan karena tidak dapat mebayar utang sebesar 400 juta dolar AS dalam tempo yang sudah ditetapkan.