REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan bakal mendampingi para petani yang masih berkembang untuk dapat menerapkan sistem closed-loop pada kawasan pertanian yang terintegrasi. Sistem tersebut diyakini akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
"Sistem closed-loop di kawasan yang terintegrasi perlu diimplementasikan, terutama di tempat-tempat yang petaninya memang masih berkembang," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, Kamis (9/12).
Closed-loop adalah sistem agribisni pertanian yang diintegrasikan dari level hulu hingga hilir dan seluruhnya dikelola melalui sistem digital. Hasil panen petani juga tidak sebatas dijual dalam bahan mentah, namun diolah menjadi barang jadi sehingga memberikan nilai tambah bagi petani.
Dedi megatakan, sistem tersebut akan menjadi jawaban bagi posisi daya tawar petani di Indonesia yang masih belum kuat. "Petani akan mendapatkan jaminan dari hasil panennya dan juga dapat dibeli dengan harga yang menggembirakan," kata Dedi.
Sementara itu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, sumber daya manusia pertanian sudah harus ditingkatkan dengan pendekatan sains dan teknologi digital. Tak hanya petani, para penyuluh saat ini juga wajib beradaptasi dengan tren pertanian modern agar mampu membawa petani yang lebih maju.
"Harus banyak tenaga pertanian yang lebih adaptif dengan inovasi yang kuat dan mampu mengimplementasikan teknologi saat ini. Tanpa itu, dia akan susah bersaing di pasar saat ini," ujar Syahrul.
Syahrul menyebut, China dan India saat ini menjadi negara yang sangat maju dari sisi teknologi pertanian. Padahal, sumber daya alam masih kalah dari Indonesia. Karena itu, semestinya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia harus dapat dimanfaatkan dengan tepat melalui pendekatan teknologi.
"Covid-19 telah menunjukkan kepada kita bahwa ada 2 juta orang yang terkena PHK di kota, dia kembali ke desa dan menjadi petani," kata dia.