Kamis 09 Dec 2021 16:10 WIB

BSI: Bank Syariah Tumbuh Positif di Atas Konvensional

BSI mencatat pembiayaan perbankan syariah tumbuh 12,24 persen September 2021

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melayani nasabah di kantor BSI Regional XI Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk mencatat pembiayaan perbankan syariah nasional tumbuh 12,24 persen pada September 2021. Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 9,42 persen pada September 2021.
Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/wsj.
Karyawan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melayani nasabah di kantor BSI Regional XI Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk mencatat pembiayaan perbankan syariah nasional tumbuh 12,24 persen pada September 2021. Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 9,42 persen pada September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk mencatat pembiayaan perbankan syariah nasional tumbuh 12,24 persen pada September 2021. Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 9,42 persen pada September 2021. 

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi mengatakan, industri perbankan syariah membukukan pertumbuhan lebih pesat dibandingkan perbankan konvensional.

“Selama pandemi ini kita melihat pertumbuhan perbankan syariah ini melebihi dari industri dan tentunya tumbuh di atas perbankan konvensional,” ujarnya saat Webinar Perkembangan Industri Halal dan Peran Perbankan Syariah, Kamis (9/12).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kredit perbankan nasional hanya tumbuh 2,21 persen pada September 2021. Kemudian DPK perbankan nasional sebesar 7,69 persen secara tahunan.

Hery menilai kinerja perbankan syariah dapat berkontribusi lebih besar terhadap perkembangan industri halal nasional. Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan potensi industri halal yang masih besar.

“Menurut laporan the State of The Global Islamic Economy (nilai ekonomi halal nasional) tahun 2020-2021 sekitar Rp 2.937 triliun. Tentunya ini angka yang cukup besar di luar sektor keuangan syariah,” ujarnya.

Kendati demikian, Hery menyadari saat ini perbankan syariah dengan industri halal belum terkoneksi dengan baik. Hal ini menjadi salah satu tantangan utama pertumbuhan industri halal dalam negeri.

"Sektor keuangan syariah, khususnya industri perbankan syariah, sudah sepatutnya menjadi roda penggerak dan pendukung penggerak industri halal," katanya. 

Terkait industri halal, Hery mengatakan, di tengah pandemi, tren untuk produk halal terutama food and beverage meningkat. Alasannya, karena masyarakat memahami bahwa produk makanan halal yang tersertifikasi lebih higienis dibandingkan tidak disertifikasi. 

"Ini merupakan satu peluang buat kita yang ada di Indonesia,” ujarnya saat Webinar Perkembangan Industri Halal dan Peran Perbankan Syariah, Kamis (9/12).

Menurut dia, seluruh pihak yang terlibat di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah perlu bersinergi satu sama lain. Adapun sinergi yang paling mudah, yakni antara sektor keuangan syariah dengan sektor riil syariah atau industri halal. “Kondisi yang terjadi saat ini merupakan kurang terkoneksinya antara sektor keuangan syariah tersebut dan industri halal,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement