REPUBLIKA.CO.ID, Sederet kalimat, bisa menggambarkan kondisi Barcelona saat ini. Tepatnya usai Barca kembali dipecundangi Bayern Muenchen di pentas Liga Champions (UCL) musim 2021/22.
Kedua tim baru saja bertemu pada matchday pamungkas Grup E UCL. Gawang Blaugrana dihajar tiga gol tanpa balas di Fussball Arena, Muenchen, Kamis (9/12) dini hari WIB. Fakta demikian membuat Raksasa Katalunya tersingkir dari kompetisi ini.
Elit Spanyol itu akan bermain di Liga Europa. Jelas, ini pemandangan tak biasa. Bahasa lainnya, Barcelona yang pernah berada di puncak dunia, harus melupakan masa-masa keemasan mereka. Meskipun sejenak.
Barca juga dinilai mendapat pelajaran penting. Dengan begitu generasi terbaru ini, bakal memahami rasanya berjuang dari bawah. Sehingga tidak terlena sejarah masa lalu.
Berbagai kalimat di atas, mengerucut pada satu keadaan. Tak bisa dipungkiri, Blaugrana sedang berada di titik nadir, untuk sebuah klub dengan nama besar mengagumkan. Para raksasa lain seperti AC Milan, Manchester United, bahkan Arsenal mulai berproses untuk kembali ke habitat alami.
Tapi anak-anak Camp Nou, justru sedang di zona kelam. Berbagai faktor menunjukkan hal itu. Dimulai dari kehilangan pemain bintang, krisis ekonomi, hingga berujung pada menurunnya prestasi di lapangan.
Pertama kalinya, dalam 17 tahun terakhir, Barcelona akan tampil di kompetisi kasta kedua Eropa. Jelas, ajang tersebut bukan panggung mereka. Ini klub yang pernah membuat seantero global terpana akan tiki-taka berujung prestasi.
"Ini kenyataan untuk kami. Tidak ada pilihan lain, kami harus menghadapinya. Hari ini era baru dimulai," kata pelatih Barca, Xavi Hernandez, dikutip dari marca.
Ia menghindari mengucapkan kata gagal. Baginya, mereka sudah berusaha. Tapi ada fakta yang tak terhindarkan. Amunisi Blaugrana saat ini belum bisa bersaing dengan tim seperti Muenchen.
Xavi menegaskan, kubunya tak boleh berdiam diri. Ia pernah menjadi pemain, kapten, dan kini berstatus pelatih di klub Raksasa Katalunya. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia selalu mencintai semua tentang Barcelona.
Itulah mengapa ia terpanggil untuk membantu Barca, keluar dari masa sulit. Sehingga pada waktunya nanti, mereka tetap berprestasi di Liga Champions. Kemudian masih bisa menjadi pesaing Real Madrid di La Liga.
"Kami harus bekerja keras untuk mengembalikan Barcelona, (ke tempat seharusnya)," ujar Xavi.
Keempat kalinya, Blaugrana tersingkir dari babak grup Liga Champions. Sepanjang penyisihan UCL musim ini, Sergio Busquets dan rekan-rekan hanya mencetak dua gol, dan sembilan kali kebobolan. Statistik yang sangat negatif untuk tim dengan filosofi sepak bola menyerang.
Busquets merasakan kekecewaan mendalam layaknya Xavi. Ada kenyataan pahit tak terhindarkan. Ia berpendapat, klub dan penggemar tidak pantas mendapatkan hasil ini.
"Tentu saja, kami frustrasi. Ini sangat meyakinkan," ujar gelandang 33 tahun itu.
Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan berkepanjangan, tak mengubah apa pun. Bak sebuah perputaran roda, Barcelona sedang kebagian posisi di bawah.
Terpenting, mereka fokus pada solusi. Sehingga bisa kembali ke habitat alami Barca. Potensi untuk berkembang, sudah terlihat.
Terdapat banyak jugador belia Barcelona, yang sedang dalam proses menuju level pemain kelas dunia. Tiga di antaranya, Ansu Fati, Pedri, serta Gavi. Ditambah dengan kedatangan Xavi, maka skuat ini akan dipoles hingga matang, dalam beberpa tahun ke depan.
"Barcelona memiliki sosok yang tepat sebagai penanggung jawab (pelatih). Seseorang yang mengenal klub luar dalam. Mereka mempunyai pemain muda yang sangat bagus, tetapi ini tidak akan menjadi proses yang cepat. Itu membutuhkan waktu tiga, empat, lima tahun," ujar pundit BT Sports, Peter Crouch, dikutip dari UEFA.com.
Menarik dinantikan, bagaimana kiprah Xavi mengangkat klub yang dicintai untuk kembali kompetitif di level teratas. Para cules perlu bersabar. Ada tahapan yang harus dilalui menuju sebuah kesuksesan.