Kamis 09 Dec 2021 17:44 WIB

Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Picu Konflik Terbesar Sejak Perang Dunia ke-II

Ukraina sebut akan ada banyak tentara Rusia tewas jika Moskow berani invasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di dekat Katerinivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Desember 2021.
Foto: AP/Andriy Dubchak
Tentara Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di dekat Katerinivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Angkatan Bersenjata Inggris, Laksamana Tony Radakin, mengatakan, invasi Rusia skala penuh ke Ukraina dapat menyaingi Perang Dunia ke-II. Hal ini diungkapkan Radakin dalam pidato Radakin sejak menjabat pada Oktober lalu.

"Signifikansi skenario terburuk dalam hal invasi penuh ke Ukraina akan berada pada skala yang belum pernah terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II," ujar Radakin, dilansir Anadolu Agency, Kamis (9/12).

Baca Juga

Radakin mengatakan, pengerahan 90 ribu personel pasukan militer Rusia di perbatasan Ukraina selama hampir delapan tahun setelah aneksasi Rusia atas Krimea, sangat mengkhawatirkan. Moskow belum lama ini mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina. Langkah itu telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia mungkin melakukan agresi militer.

Menurut seorang pejabat Ukraina, Moskow dapat memicu eskalasi skala besar pada Januari. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan kepada Sky News, akan ada banyak tentara Rusia yang tewas jika Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk melakukan agresi.

"Mereka (sekutu) dapat menyerang secara ekonomi. Kami akan bertempur di lapangan. Saya minta maaf untuk mengatakan itu, tetapi akan ada banyak tentara Rusia yang tewas, dan kami berharap Presiden Putin tidak menginginkan itu terjadi," kata Kuleba.

Kuleba mengatakan, Ukraina bekerja sama dengan sekutunya untuk mencegah Kremlin melakukan invasi. Dia meyakini tentara Ukraina memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi negaranya.

Pada 2014, Moskow mulai mendukung pasukan separatis di Ukraina timur untuk melawan pemerintah pusat. Kebijakan ini telah dipertahankan selama tujuh tahun terakhir.  Uni Eropa telah menerapkan langkah-langkah pembatasan dalam menanggapi krisis Ukraina sejak 2014. Saat ini, sebanyak 185 orang dan 48 entitas masuk ke dalam daftar hitam Eropa karena melanggar integritas dan kedaulatan teritorial Ukraina.

Eropa juga memberlakukan sanksi ekonomi terpisah pada sektor keuangan, energi, dan pertahanan Rusia. Karena Moskow enggan untuk sepenuhnya menerapkan Protokol Minsk 2014 yang dimaksudkan untuk membangun perdamaian di Ukraina timur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement